Ketika pilihan hidup masih belum mengizinkan saya untuk menjadi Full Time Mother, apa mau dikata. Insyaallah saya ikhlas menjalani ini semua, toh insyaallah ini juga termasuk dari ibadah. Memang sekarang saya belum kembali bekerja, namun tetap saja masa-masa nanti saya bekerja, waktu untuk naeema, mengurus yankuw, dll seringkali hinggap di pikiran saya. Berat sekali rasanya, apalagi kalau saya tiba-tiba ada panggilan interviu, maka saya selalu melihat lagi lokasi kantor tersebut. Kalau posisi OK, tapi g nyaman untuk saya yang jadi ibu menyusui ini untuk pompa ASI, maka saya pun menolak secara halus interviu berikutnya (padahal kemungkinan diterima udah gede banget). Lokasi perkantoran nya pun sudah mulai saya hitung-hitung, berapa jam yang harus saya habiskan dijalan, maklum ya rumah jauh diujung hehehe (tapi keukeuh gak mau pindah). Mudah-mudahan hal ini gak membuat Allah bosen kasih saya rezeki pekerjaan, amin. Saya selalu berdoa semoga diberikan pekerjaan yang terbaik untuk saya dan keluarga khususnya naeema. Semoga Allah,swt mendengar doa saya, amin.

Berkali-kali saya berpikir “apakah saya sanggup menjadi ibu bekerja?”. Bismillahirahmanirahim….insyaallah saya sanggup. Tapi sore ini saya membaca status mba icha:

“Mengingat senyumnya, menghabiskan waktu dgnnya & menatap tidur lelapnya, membuatku sangat sangat bersyukur atas anugrah terindah dariNYA. Sayang, Bunda kangeeennnnnnnnnnnnnnnnnn kamu…;-*”

Huaaa…sumpah kalo baca-baca yang begini bikin saya jadi mewek (baca: nangis) nih. Blom ngejalanin jadi working mom ajah udah begini, apalagi udah…apa saya bisa konsentrasi kerja??. Hadoohh….kuatkan hamba ya Rabb. Kayanya bener-bener bisa ngerasain apa yang dirasain mba Icha itu dan ibu-ibu lainnya. Sungguh mereka (baca: ibu bekerja) luar biasa. Bekerja dan menjadi ibu ternyata bukan pekerjaan yang mudah, ya memang FTM pun tidak kalah sulitnya, hanya saja untuk working mom secara psikologis lebih merasa berat mungkin loh ya…..

Kemudian saya mampir ke TUM kebetulan ada artikel itu, paling tidak saya bisa belajar dari artikel tersebut. Ya enggak jauh lah sama apa yang mama bilang:

“kalo pergi meninggalkan anak, jangan dipikirkan anaknya, harus ikhlas”.

Ya harus ikhlas, dan semoga Naeema juga ikhlas saya tinggalkan. Demi untuk masa depan kita bersama. Ya Allah beri pekerjaan yang terbaik, amin.

ps: gambar diambil dari sini.
signature-desy