Dengue, DBD, Pencegahan, Kesehatan, Health

Dengue, DBD, Pencegahan, Kesehatan, Health

Penyakit demam berdarah sudah pasti akrab ditelinga kita. Penyakit ini sudah sering kita dengar. Apakah itu kerabat atau kenalan kita yang dirawat karena sakit demam berdarah. Tidak semuanya dirawat, ada juga sebagian yang baru gejala tidak perlu dirawat namun tetap perlu diantisipasi dengan istirahat total dirumah. Demam berdarah sendiri di dunia internasional lebih dikenal dengan Dengue merupakan virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty atau aedes spp.

Di acara ASEAN Dengue Day yang ke-6 yang saya hadiri, pada tanggal 15 Juni 2016 yang lalu di Hotel Grand Sahid Jakarta. Saya jadi lebih tahu tentang dengue. Acara ini digelar sebagai bentuk kepedulian negara-negara ASEAN akan dampak dari dengue bagi kemanusiaan, sosial dan perekonomian di wilayah ASEAN.  Didunia penyakit ini sudah menyebabkan 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Dan sepanjang tahun 2004 sampai dengan 2010, Indonesia dilaporkan sebagai negara terbesar ke-2 yang terinfeksi virus ini dibandingkan dengan 30 negara endemis lainnya, memprihatinkan bukan?

Hal ini yang kemudian melatarbelakangi dibentuknya Dengue Mission Buzz. Suatu organisasi  yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap dengue di negara-negara ASEAN pada tahun 2015 yang lalu. Program pertamanya adalah dengan membat bus edukasi pencegahan dengue yang berkeliling sejauh lebih dari 4.000 km di lebih dari 30 komunitas di Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam. Edukasi yang dilakukan  fokus kepada pencegahan dan pengendalian dengue.

DBD, Website, Informasi DBD, Dengue, Demam Berdarah

Dengue Mission Buzz

Untuk melanjutkan misi sukses tersebut maka kemudian dibuatlah Dengue Mission Buzz Barometer  yang merupakan hasil kerjasamanya Asian Dengue Vaccination Advocacy (ADVA) dan Sanofi Group didukung juga oleh Kementrian Kesehatan RI. Dengan tujuan menyebarkan lebih luas lagi kewaspadaan terhadap dengue ke masyarakat di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Website ini membahas hal-hal yang berhubungan dengan dengue, seperti pencegahan, kontrol pro-aktif dengan tips-tips yang dilakukan secara mandiri. Website ini juga dilengkapi dengan sebuah fitur kuis kesiapan dengue yang akan memberikan edukasi kepada kita lebih jauh lagi tentang Dengue. Website ini memiliki target untuk mendapatkan 25.000 tanggapan kuis dari seluruh wilayah ASEAN. Meskipun dikelola oleh 5 negara namun situs ini menyesuaikan dengan bahasa negara masing-masing, jadi tidak perlu khawatir dan malas membacanya ya.

Sementara itu Kementrian Kesehatan sendiri juga memiliki inisiatif program yang diberi nama “1 Rumah 1 Jumantik”.  Jumantik adalah singkatan dari Juru Pemantau Jentik yang merupakan anggota masyarakat yang dilatih untuk aktif dalam pengendalian penyakit dengue ini. Kenapa harus 1 rumah 1 jumantik? Karena rumah dianggap tempat yang bersifat pribadi, yang mana hanya pemiliknya saja yang bisa mengontrol apa saja yang terjadi didalamnya. Jadi dengan program ini diharapkan tindakan pencegahan bisa dilakukan dari rumah.

Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, 3M Plus, Demam Berdarah, DBD, Dengue

3M Plus

Tugas Jumantik adalah memantau keberadaan jentik nyamuk, membuat laporan kegiatan pada Puskesmas dan menggerakkan masyarakat untuk menjalankan pemberantasan sarang nyamu (PSN) dengan cara 3M Plus. Iya, benar 3M Plus. 3M plus dianggap sebagai cara yang paling efektif dan murah dalam mencegah dengue, yaitu:

  • Menguras penampungan air
  • Menutup tempat penampungan air
  • Mendaur ulang barang bekas, plus
  • Menabur bubuk larvasida di penampungan air
  • Menggunakan obat anti nyamuk
  • Menggunakan kelambu tidur
  • Menanam tanaman pengusir nyamuk

 

https://www.instagram.com/p/BHBhKpWjViX/?taken-by=desy_yuss

 

Program 1 Rumah 1 Jumantik ini telah sukses dijalankan di daerah tangerang selatan. Dimana Ibu Airin selaku Walikota Tangerang Selatan dan tim nya, melakukan pedekatan secara personal terlebih dahulu melalui RT atau RW setempat kepada warganya, baru kemudian jika keperdulian sudah muncul baru pemerintah masuk dengan program-programnya. Ibu Airin dan tim juga mengajak para mahasiswa untuk aktif dalam program ini. Salah satunya mahasiswa membuat suatu teknologi dimana kita bisa melihat melalui GPS area-area yang belum memiliki jumantik. Mahasiswa juga aktif dalam membantu sensus jumantik ini. Rasanya strategi ini bisa dan perlu dicontoh oleh area-area lain seperti Jakarta yang sudah padat sekali penduduknya.

Kenapa kita perlu waspada teradap wabah ini? Kenapa harus 1 rumah 1 jumantik? Karena jika kita sudah menjaga kebersihan lingkungan tetapi di luar rumah kita masih belum menjalankan 3M maka langkah antisipasi yang kita lakukan bisa jadi tidak efektif. Nyamuk aedes spp itu ternyata membawa virus yang menular loh. Seperti ini ilustrasinya:

Penularan Virus DBD, Dengue, DBD, Penyakit

Penularan Virus DBD

Jadi kesimpulan yang saya dapat setelah hadir di ASEAN Dengue Day 2016 yang lalu, saya menarik kesimpulan bahwa kita harus pro aktif menunjuk diri kita sendiri sebagai jumantik. Tidak harus terlibat dalam kegiatan pemerintah, tapi paling tidak untuk menjaga kebersihan rumah kita sendiri. Lakukan 3M Plus maksimal 1 minggu sekali. Kalau bukan kita khususnya para Ibu, lalu siapa lagi??. Ibu adalah perisai dan pelindung bagi keluarga. Setuju ga?


signature-desy