Anak-anak merupakan manusia yang paling mudah menghapal dan meniru semua hal. Momen ini ada baiknya dimanfaatkan untuk mengenalkan kepada si Kecil kebiasaan yang bisa menumbuhkan rasa peduli dengan lingkungan sejak dini.
Sadar ngga sih kalau manusia-manusia yang sudah setua kita ini kebanyakan sulit ya merubah kebiasaan. Bertahun-tahun melakukan perbuatan tersebut sehingga jika diminta untuk berubah menjadi lebih baik rasanya kok sulit ya. Sebenarnya sikap atau pola pikir itu bisa saja berubah asalkan mau berusaha.
Salah satu contoh hal yang sulit banget dilakukan oleh kebanyakan orang adalah membuang sampah pada tempatnya. Padahal kalau mau diusahakan bisa banget loh sampah tersebut dibuang di tempat sampah, walaupun kita harus ada usaha berjalan menuju tempat sampah. Atau kalau males banget mencari tempat sampah, bisa lah ya sampahnya disimpan dulu ke dalam tas kita. Tapi kenyataannya, sikap terpuji itu masih sulit banget dilakukan oleh kebanyakan masyarakat kita. Sedih ya…..
Contoh kebiasaan lainnya yang tidak tampak mengkhawatirkan padahal cukup krusial adalah membuang makanan. Biasanya ketika kita melihat makanan yang dihidangkan kita pasti mau ambil semua, kondisi tersebut juga dikenal dengan istilah “laper mata”. Tapi seringkali makanan yang sudah di ambil itu tidak kita habiskan. Akhirnya jadi mubazir dan lagi-lagi menambah sampah di lingkungan kita.
Tau ngga sih kalau ternyata bulan Ramadhan yang adalah bulan penuh hikmah ternyata justru menjadi bulan dengan sampah makanan terbanyak. Fakta ini disampaikan Time up for impact di akun instagramnya. Padahal harusnya
Kenapa Harus Peduli Dengan Lingkungan
Sadar ngga sih kalau sekarang cuaca itu tidak menentu, bahkan beberapa hari terakhir saya merasa cuaca lagi ekstrim, kalau siang itu panas banget saking teriknya di kulit itu sakit loh. Dam walaupun hujan, bisa tiba-tiba disertai angin kencang. Cuaca seperti ini yang disebut dengan Climate Change atau perubahan iklim.
Perubahan iklim ini disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah emisi karbon dan emisi gas rumah kaca yang merupakan penyumbang terbesar situasi ini terjadi. Emisi karbon adalah gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran segala senyawa yang mengandung karbon seperti CO2, solar, bensin, LPG, serta bahan bakar lainnya.
Emisi karbon memiliki dampak negatif tidak hanya bagi lingkungan tapi juga untuk ekonomi dan kesehatan. Dampak emisi karbon untuk lingkungan seperti: meningkatkan suhu bumi, abrasi pantai, peningkatan curah hujan, dan risiko terjadinya kebakaran hutan cukup besar. Dampak emisi karbon untuk kesehatan tentu saja peluang penularan penyakit menjadi lebih besar, belum lagi penyakit-penyakit yang timbul akibat dari cuaca ekstrim, seperti ispa, kardiovaskuler dan kanker. Sementara dampaknya bagi ekonomi tentu saja rusaknya infrastruktur yang ada.
Climate Change atau pemanasan global ini menunjukkan kalau bumi sedang tidak baik-baik saja. Hal ini bukan hanya menjadi isu Indonesia tapi juga isu dunia. Kalau sudah jadi isu global rasanya bukan hanya menjadi tanggung jawab kelompok atau negara tertentu deh. Kondisi ini harus menjadi tanggung jawab kita. Karena jika kita #BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku insyaallah akan membuat lingkungan menjadi lebih baik.
Perubahan Itu Mulai Dari Rumah
Perubahan itu memang datangnya harus dari diri sendiri ya. Dan tidak ada salahnya kita juga mengajak serta lingkungan terdekat kita untuk ikut menjaga lingkungan. Dan kelompok yang paling mudah kita kontrol ya keluarga.
Dan sebagai orangtua rasanya sudah menjadi kewajiban kita juga untuk mengajarkan kepada si kecil untuk ambil bagian menjaga bumi, agar dia peduli dengan lingkungan. Menjaga bumi merupakan bagian dari tauhid juga loh. Karena dengan menjaga bumi kita meyakini bahwa dunia dan sekitarnya merupakan ciptaan Allah Azza Wa Jalla yang juga harus dijaga.
Langkah konkrit yang bisa kita ajarkan ke anak-anak dan mudah untuk dilakukan adalah mulai dari menjalankan kebiasaan sehari-hari di rumah. Ada 6 hal yang wajib kita ajarkan kepada anak-anak agar mereka peduli dengan lingkungan, yaitu:
- Tidak Membuang Sampah Sembarangan
Jika tidak menemukan tempat sampah sebaiknya disimpan dulu di dalam tas dan dibuang jika sudah menemukan tempat sampahnya. Akan lebih efektif lagi jika membiasakan anak-anak untuk belajar membuang sampah dengan dipilah terlebih dahulu.
- Bijak Mengelola Sampah
Menggunakan kembali barang-barang yang sekiranya bisa digunakan kembali sebagai wadah. Ini merupakan langkah selanjutnya jika si Kecil sudah paham bagaimana memilah-milah sampah. Misalnya jika kita banyak membeli produk refill, maka kemasan plastiknya bisa dikumpulkan untuk bisa dijadikan sebagai wadah pot tanaman kembali. Belum lagi sisa-sisa pembakaran sampah akan menjadi residu berupa abu dan jelanga yang jika ditiup angin akan bisa mengotori barang-barang kita yang ada di luar.
- Tidak Membakar Sampah
Membakar sampah itu bukan hanya mengganggu tetangga dengan bau asapnya, juga bisa membahayakan untuk kesehatan kita. Asap pembakaran sampah apalagi jika didalamnya terdapat sampah plastik akan menghasilkan bahan kimia yang yang bisa berbahaya untuk bumi juga.
- Menghemat Energi
Mengajarkan si Kecil untuk menggunakan air secukupnya. Tidak hanya air, menggunakan listrik juga harus lebih bijak dengan cara mengurangi barang-barang elektronik, mencabut kabel barang elektronik dari saklar sehabis menggunakannya. Dan mengurangi pemakaian kendaraan bermotor sebagai usaha mengurangi pemakaian BBM. Langkah ini bisa mengurangi emisi karbon.
- Menanam Pohon
Selain pohon bisa menyerap karbondioksida, pohon juga bisa menjadi resapan air, sehingga air hujan yang turun bisa terserap ke dalam tanah.
- Mengurangi Sampah
Mulai mengganti plastik dengan wadah yang bisa dipakai berkali-kali. Hal ini juga otomatis akan mengurangi sampah plastik yang seringnya tidak bisa didaur ulang.
Jika 6 hal ini dilakukan dan diterapkan oleh banyak orangtua diluar sana kepada anak-anak mereka, saya sendiri optimis bahwa lingkungan bisa berangsur pulih. Jika anak-anak terbiasa sejak kecil, maka insyaallah mereka juga bisa menularkan ke generasi berikutnya. Karena #BersamaBergerakBerdaya itu lebih baik dibanding hanya dilakukan oleh kelompok tertentu saja.
Semua usaha itu tentu saja tidak bisa dilakukan sekali-sekali. Melainkan harus menjadi sebuah kebiasaan baru yang dilakukan berulang. Memang tidak mudah, tapi patut diperjuangkan #Untukmubumiku.
Jika saya punya kesempatan untuk menyampaikan program kerja yang bisa mengurangi mitigasi risiko perubahan cuaca, rasanya saya ingin menjadikan gerakan memilah sampah ini menjadi gerakan nasional yang wajib dilakukan semua orang. Seperti Korea dan Jepang jadi akan lebih mudah juga mengelolanya kan.
Kalau sudah begini Pemerintah atau organisasi besar bisa fokus mencari solusi bagaimana mengelola sampah dalam jumlah besar atau skala nasional.
Kalau bahas lingkungan memang tidak habisnya ya. Semua masyarakat harus mulai teredukasi, soalnya cuacanya sudah makin parah deh. Nah Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”
Referensi
https://lindungihutan.com/blog/emisi-karbon/. Tanggal akses 20 Mei 2023
https://waste4change.com/blog/?s=peduli+bumi. Tanggal akses 20 Mei 2023
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/menjaga-lingkungan-hidup-dengan-melakukan-enam-langkah-pelestarian/. Tanggal akses 20 Mei 2023
https://www.menlhk.go.id/site/single_post/5206. Tanggal akses 20 Mei 2023
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/09/ri-hasilkan-19-juta-ton-timbulan-sampah-pada-2022-mayoritas-sisa-makanan. Tanggal akses 20 Mei 2023