Alhamdulillah, taun ini diberikan barakah yang berlimpah dari Allah. Taun ini saya dihadapkan lagi dengan Ramadhan, meskipun tidak bisa ikut berpuasa dikarena kehamilan pertama yang baru masuk tri semester ke-2 namum hal tersebut tak membuat saya tak bersemangat bertemu ramadhan. Taun ini juga saya menjalani Ramadhan dengan gelar baru sebagai seorang istri dan seorang ibu, SUBHANALLAH…….nikmat MU amat megah bagi ku. Mudah-mudahan ramadhan taun ini penuh barakah bagi keluarga kecil hamba dan juga keluarga besar kami, amin.

Membaca suatu situs tentang hikmahnya puasa, membuat ilmu bertambah jikalau kelak anak saya bertanya arti puasa, maka saya sudah punya cukup literatur untuk menjawabnya. Cek This Out !!!

—————————————————-
Adakah Hikmah Dibalik Syariat Ramadhan?

Written by Masrukhin

Alangkah mulia rahasia yang ada di balik syariat Allah, alangkah besar hikmah yang ada dalam hukum-hukum-Nya, dan alangkah banyak tujuan di balik penciptaan makhluk-makhluk-Nya. Di antara rahasia, hikmah, dan maksud tersebut, ada yang diketahui oleh akal manusia ada pula yang tidak bisa dijangkau olehnya. Allah telah memberitahukan manusia tentang hikmah yang tersimpan di balik puasa, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 183.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah [2] : 183)
Dengan demikian, shaum adalah jalan menuju ketakwaan kepada Allah swt., orang yang shaum adalah manusia yang paling dekat kepada Tuhannya, lagi tinggi derajatnya. Kala perut orang yang berpuasa kosong, hatinya menjadi bersih, dan ketika rongga perutnya kehausan, air matanya akan mengucur. Dalam hadits shahih, Rasulullah saw. bersabda, “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang telah mampu (untuk memberi nafkah) maka menikahlah. Karena menikah itu bisa menundukkan pandangan (mata) dan melindungi farji. Namun barangsiapa yang tidak mampu (memberi nafkah), hendaknya ia berpuasa, karena puasa akan menjadi benteng baginya.” HR Bukhari, Muslim, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan Ad-Darimi.
Puasa mampu menyempitkan aliran makanan dan darah yang menjadi jalan setan, hingga bisikan keburukannya akan berkurang.
Puasa akan melemahkan syahwat, lintasan-lintasan hati untuk berbuat buruk atau dorongan-dorongan berlaku maksiat, hingga jiwa akan tampak bersinar.
Puasa akan mengingatkan pelakunya terhadap saudara-saudaranya yang kelaparan, yang membutuhkan, yang fakir, dan yang miskin, sehingga timbul rasa kasih sayangnya terhadap mereka, dan rela menjulurkan tangan untuk menolongnya.
Duhai orang yang berpuasa, yang rela meninggalkan makanan demi menjaga kesucian diri
yang mau berkorban untuk kawan yang lapar lagi dirundung nestapa.
Bergembiralah akan datangnya hari rayamu di hari kiamat yang penuh rahmat
dan dikitari kebaikan dan kesuburan.
Puasa adalah sebuah lembaga untuk membina jiwa, menyucikan hati, menundukkan pandangan, dan menjaga segenap anggota badan.

Puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits qudsi yang shahih, Allah swt. berfirman, “Semua amal anak Adam untuk dirinya kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya.”

Kenapa demikian, karena puasa itu tidak ada yang mengetahui kecuali Allah swt., sementara amal kebajikan yang lain seperti shalat, zakat, maupun haji, dapat diketahui oleh siapapun.
Para salafusshalih sangat paham bahwa puasa (di bulan Ramadhan) merupakan sarana bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah swt., saat yang tepat untuk berlomba-lomba dalam kebajikan. Mereka menangis karena rasa bahagia dan gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, dan menangis pilu saat berpisah dengannya.
Para salafushshalih paham apa itu puasa (di bulan Ramadhan), karena itu, mereka begitu mencintai Ramadhan dan mencurahkan segala daya dan kesungguhannya (dalam beribadah) di bulan ini. Mereka rela berkorban di bulan Ramadhan. Malam harinya mereka pergunakan untuk shalat, ruku’, sujud dengan cucuran air mata dan penuh kekhusyu’an. Sedang siang harinya mereka pergunakan untuk berzikir, membaca Al-Qur`an, mengajar, berdakwah, dan memberi nasihat.
Para salafusshalih paham bahwa puasa itu bisa menyejukkan mata, menenangkan jiwa, dan melapangkan dada. Karena itu, mereka bina ruhani mereka dengan makna-makna puasa, mereka sucikan hati-hati mereka dengan aneka tuntunannya, dan mereka latih jiwa-jiwanya dengan hikmah-hikmah yang ada padanya.
Para salafusshalih, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat yang shahih, senantiasa berdiam diri di masjid-masjid bersama mushaf-mushaf mereka. Mereka membaca Al-Qur`an dengan cucuran air mata, dan mereka menjaga lidah dan pandangan-pandangannya dari perkara-perkara yang haram.
Puasa adalah sarana pemersatu kaum muslimin. Kaum muslimin berpuasa dalam waktu yang sama, dan mereka juga berbuka dalam suatu waktu yang sama. Mereka berlapar-lapar bersama dan makan secara bersama-sama pula. Inilah keakraban dan persaudaraan, juga rasa cinta dan kesetiaan yang terjalin di antara kaum mereka.
Puasa mampu menghapus kesalahan dan akan menghilangkan keburukan-keburukan. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah saw. “Dari satu Jumat kepada Jumat yang lainnya, dari satu umrah kepada umrah yang lainnya, dan dari satu Ramadhan kepada Ramadhan yang lainnya adalah penghapus-penghapus dosa yang ada dalam rentang-rentang kedua waktu itu, selama tidak melakukan dosa besar.”
Puasa dapat menyehatkan jiwa, karena ia akan membersihkan unsur-unsur yang merusak, mengistirahatkan lambung, membersihkan darah dan mengendurkan kesibukan hati. Ruhani pun menjadi cerah, jiwa bersih, dan akhlak terbina karenanya.
Apabila seseorang melakukan puasa, jiwanya akan merasa lemah, hatinya semakin lembut, ketamakannya kian berkurang, syahwat dunianya juga melemah. Karena itulah, doa orang yang berpuasa akan dikabulkan oleh Allah swt., yaitu karena kedekatannya dengan Allah swt..
Dalam ibadah puasa ada suatu keunggulan yang agung, yaitu kepatuhan seorang hamba untuk beribadah kepada Allah, ketundukan atas perintah-Nya, penerimaan terhadap segala syariat-Nya, seraya meninggalkan keinginan untuk makan, minum, dan bersetubuh demi menggapai ridha-Nya.
Ibadah puasa membuktikan kemenangan seorang muslim melawan hawa nafsunya, juga keunggulan seorang mukmin melawan dirinya sendiri. Puasa itu sebagian dari kesabaran. Barangsiapa yang tidak melakukan puasa tanpa alasan syar’i (yang dibenarkan oleh agama), maka dirinya tak akan mampu menahan dan menundukkan hawa nafsunya.
Puasa merupakan sarana untuk melatih jiwa yang sangat mengagumkan, sehingga seseorang akan senantiasa dalam kesiapan yang sempurna ketika menghadapi kenestapaan hidup, dan siap melakukan perkara-perkara agung seperti jihad, berkorban, dan berdiri tegak di barisan pertama dalam membela Islam. Karena itulah, ketika Thalut bermaksud memerangi musuh-musuhnya, Allah menguji pasukan Thalut dengan air sungai, di mana Thalut berkata kepada pasukannya,

Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: ‘Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku.’ Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: ‘Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.’ Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: ‘Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar’.” (Al-Baqarah [2] :249)

Yang menang dan yang berhasil dalam ujian itu adalah para pemilik kesabaran dan orang-orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya. Sedangkan para penyembah syahwat yang lumpuh dan menuruti ajakan nafsu buruknya akan berpaling dari peperangan mulia itu.

Kiranya sebagian dari hikmah puasa ini dalam kami rangkum sebagaimana berikut:

  • Puasa dapat Meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. dan kepatuhan terhadap perintah-Nya.
  • Puasa dapat menundukkan hawa nafsu, dan pengendalian diri.
  • Puasa sebagai sarana persiapan bagi seorang muslim untuk menghadapi medan-medan pengorbanan.
  • Puasa sebagai sarana latihan untuk seluruh anggota badan.
  • Puasa mampu menahan gejolak syahwat.
  • puasa dapat menyehatkan badan.
  • Puasa sebagai penghapus segala dosa dan keburukan.

Puasa dapat menumbuhkan keakraban dan persaudaraan, serta menumbuhkan kesadaran agar turut merasakan perihnya perut di kala lapar sebagaimana yang dirasakan oleh orang-orang yang kelaparan dan hidup serba kekurangan.

*sumber : http://www.kursusbahasaarab.net
signature-desy