Selalu ada yang berkesan dari setiap cerita mudik lebaran. Selain dilakukan bersama keluarga besar , pasti ada saja cerita tentang bagaimana bertahan melewati kemacetan jalanan. Tapi jujur saja perjalanan mudik kali ini yang paling bikin kapok dari yang sudah-sudah.
Namanya macet sudah pasti tidak bisa kita hindari, semua orang ingin berkumpul dengan keluarga besar di kampung halaman. Idul Fitri merupakan momen bagi para perantau untuk kembali ke kampung halaman mereka. Mudik dua tahun lalu rute perjalanan kami agak panjang. Dari Cibubur kami menuju Puncak tepatnya Kota Bunga, meski sudah berangkat lebih pagi dan menyesuaikan waktunya dengan jam buka tutup satu arah naik ke Puncak, tetap saja kami tidak menghindari yang namanya macet.
Alhasil kami harus menikmati macet ke Puncak Kota Bunga selama kurang lebih 5 jam waktu itu. Tapi meski macet-macetan, Alhamdulillah saya dan anak-anak serta keluarga besar tetap bisa mengontrol mood kami. Perjalanan dari Puncak keesokan harinya menuju ke Karanganyar pun cukup Supir Hiace kami pun cukup pintar mencari jalur alternatif supaya kami tidak terjebak macet lagi.
Cerita Mudik Tahun Ini
Sebenarnya tidak ada yang berbeda dengan cerita mudik dua tahun sebelumnya. Masih dipenuhi dengan cerita macet. Kali ini perjalanan kami dari Cibubur ke Karanganyar ditempuh dalam waktu kurang lebih 11 jam. Untuk makan siang saja kami harus keluar dari tol karena di beberapa rest area yang kami lewati selalu saja terjadi penumpukan dan kemacetan. Bahkan kadang-kadang rest area itu sudah terlanjur ditutup.
Beruntung kami memutuskan untuk keluar di Cirebon. Jam sudah menunjukkan jam 1 siang. Keponakan saya, Naura sudah mengeluh lapar sejak jam 10, hehehehe sepertinya itu aura ingin jajan yah. Tapi untungnya kami membawa perbekalan cukup banyak jadi bisa untuk mengganjal perut dulu yah.
Yang repot kalau kebelet buang air kecil atau besar sementara rest area nya ditutup. Sopir Hiace kami sampai minta ijin berhenti dipinggir jalan dan dia memutuskan mencari sungai, beruntungnya ada ya. Bapak Mertua saya yang harus selalu ke kamar kecil minimal dua jam sekali pun harus berhenti dipinggir jalan karena saking kebeletnya.
Macet Yang Bikin Kapok
Tapi yang bikin kapok di perjalanan mudik tahun ini adalah saat perjalanan pulang. Bagaimana tidak kapok, dari tol Kanci seharusnya 3-4 jam maksimal sudah sampai dirumah. Kami harus terjebak macet puluhan kilometer dan tidak maju-maju selama 8 jam lebih.
Semua ini akibat jalur satu arah dan kendaraan kami mengambil jalur sebelah kanan (seharusnya untuk ke arah Solo). Siang-siang boleh sih agak lancar, tapi lewat dari Semarang kok malah stuck banget. Sementara kami tidak bisa pindah jalur ke sebelah kiri, akibatnya yang kami lakukan hanya mengikuti kemacetan ini.
Sampai rest area Kanci kami sempat istirahat untuk solat dan jajan kopi. Memutuskan untuk tidak makan malam dulu karena menurut perhitungan jam 10an kami sudah tiba dirumah. Tapi ternyata itu hanya angan-angan belaka. Jam 23:30 yang seharusnya kami sampai dirumah ternyata kami masih tidak bergerak dari tol Kanci. Pokoknya jangan ambil posisi kanan deh kalo arus balik. Lebih baik tetap dijalur yang seharusnya.
Sampai akhirnya setelah jam 2 pagi, sopir kami minta ijin untuk keluar tol dan kemudian masuk lagi di sisi sebelah kiri sisi seharusnya. Posisi kami saat itu di Karawang Barat. Udahlah kami kebelet pipis, laper juga belum makan, yang dia tawarkan rasanya menjadi solusi banget.
Setelah mencari minimarket dan alhamdulillah dapat tidak jauh dari keluar tol dini hari saya jajan pop mie saking lapernya. Stok makanan di mobil sudah habis, dan rasanya lebih butuh yang hangat-hangat saat itu.
Keputusan Sopir kami yang agak terlambat tapi tetap melegakan, akhirnya menyelamatkan kami dari kemacetan. Padahal macetnya itu disebabkan karena perpindahan jalur dari kanan ingin pindah ke kiri antriannya segitu panjang, astagfirullah.
Dari perjalanan mudik kali ini, menyebabkan saya qadarullah ngedrop. Senin pagi itu langsung meriang sampai beberapa setelahnya. Memaksa diri untuk sembuh karena ingat anak-anak sudah harus masuk sekolah. Tapi rasanya badan ini ga bisa full semangat seperti sebelumnya ya.
Itulah cerita mudik saya yang bikin kapok. Macetnya sih sama ya tapi entah kenapa kemacetan kali ini bikin nge-drop banget. Mungkin karena selama dalam perjalanan saya kurang tidur. Saya ngga bisa tidur karena khawatir Sopir kami harus nyetir sendirian.
Itulah cerita mudik saya yang bikin kapok. Macetnya sih sama ya tapi entah kenapa kemacetan kali ini bikin nge-drop banget. Mungkin karena selama dalam perjalanan saya kurang tidur. Saya ngga bisa tidur karena khawatir Sopir kami harus nyetir sendirian. Pokoknya saya kapok jika harus kembali ke Jakarta di saat puncak arus balik lebaran. Lebih baik pulang lebih awal, daripada nge-drop lagi seperti kemarin.
Sekian sesi curhat saya yang rasanya belum hilang trauma ini.