Umrah Pertama, Pengalaman Bersama Anak-Anak

Akhirnya sampai juga ke cerita umrah pertama saya bersama keluarga. Perjalanan ziarah kami dimulai dari kota Madinah, setelah 4 hari disana barulah kami menuju ke Mekah untuk melaksanakan ibadah umrah pertama kami. 

Cerita perjalanan kami dari Madinah ke Mekkah sudah kami ceritakan di postingan sebelumnya. Setelah mengambil Miqat di Masjid Dhul Hulaifah atau yang kita kenal dengan Bir Ali, kami pun bergegas ke stasiun kereta cepat. Karena kami harus tiba di stasiun satu jam sebelum jadwal keberangkatan. 

Stasiun Kereta Cepat Al-Haramain

Waktu tempuh Madinah-Mekkah dengan kereta cepat Al-Haramain sekitar 2 jam 20 menit. Ada 1 kali berhenti cuma saya kurang jelas nama stasiunnya. Hanya terlihat di Jeddah saja. Sampai di Mekkah kami dijemput bus yang juga mengangkut koper-koper kami. Berikutnya kami langsung menuju hotel kami di district Ajyad. 

Rukun Umrah Yang Harus Kita Ketahui

  1. Ihram. Mulai dari memakai kain ihram (sebaiknya berwarna putih) bagi laki-laki. Tidak boleh menggunakan pakaian yang dijahit. Sedangkan bagi perempuan tidak ada aturan memakai warna tertentu namun menutup aurat bagi perempuan. Dan mengambil Miqat di tempat-tempat yang telah ditentukan. Setelah miqat kita pun mulai membaca talbiyah sampai mulai tawaf. 
  2. Tawaf. Memutari Ka’bah ke arah yang berlawanan dengan putaran jam, dilakukan sebanyak 7 kali. Putaran dimulai dari Hajar Aswad. Kemudian diakhiri dengan sholat sunnah di Maqam Ibrahim. Meminum air zamzam sambil berdoa, dan dianjurkan pula untuk menuangkan air zamzam ke atas kepala. 
  3. Sa’i. Jalan cepat antara Shafa ke Marwah dan dari Marwah ke Shafa sebanyak tujuh kali, jadi satu kali perjalanan dihitung satu kali. Jadi mulai Sa’i di bukit Shafa dan akhir Sa’i adalah di bukit Marwah. 
  4. Tahallul. Merupakan akhir dari rukun umrah Keluar dari rute Sa’i menuju ke tempat cukur rambut yang tersedia. Mencukur rambut tidak harus di lingkungan Masjidil Haram, melainkan bisa dilakukan di barbershop. Lebih afdhal jika mencukur gundul rambut kepala bagi laki-laki. Sedangkan bagi perempuan cukup sepanjang satu ruas jari.

Semua rukun diatas harus dilakukan secara berurutan.

Ka'bah Desember 2023, Umrah Pertama Desyyusnita.com

Pengalaman Umrah Pertama Bersama Keluarga

Setelah kami sholat dan makan dulu di hotel tempat kami menginap, kami diingatkan untuk tidak menggunakan wewangian lagi, seperti sabun cuci tangan, sabun mandi dan apa saja yang mengeluarkan wangi. Karena ini termasuk membatalkan niat yang sebelumnya sudah kita ambil. Ada beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan ketika kita sudah mengambil miqat. Larangan yang lainnya bisa di lihat di sini. 

Diinstruksikan oleh Tour guide untuk bersiap jam 9 untuk menjalankan rukun umrah berikutnya, yaitu Tawaf. Alhamdulillah jarak hotel kami ke Masjidil Haram tidak jauh, sekitar kurang lebih 300 meter. Tapi hotel kami agak menanjak, maklum berada di district Ajyad yang memang agak naik ke atas. Untungnya ada mobil golf yang bisa membantu kami turun ke jalan utama dari hotel. 

Tawaf

Menuju ke Masjidil Haram kami pun mengucapkan kalimat Talbiyah. Jujur saja perasaan saya saat itu sungguh nano-nano. Ya bahagia, terharu, masih ga percaya akhirnya ada di tanah haram tapi juga berusaha fokus, karena takut salah. Namanya juga pertama, rasanya jadi campur aduk. 

Sayangnya saat Tawaf kami tidak bisa melihat Ka’bah secara utuh karena sedang ada renovasi. Udara malam itu sungguh dingin, tapi membuat Jamaah yang tawaf tidak terlalu padat. Kami diinstruksikan untuk tidak perlu memegang Hajar Aswad jika tidak memungkinkan dan sebaiknya tetap di dalam grup. 

Tawaf di Masjidil Haram

Alhamdulillah Kaka Naeema berpegangan dengan Tante Rina teman satu rombongan, sehingga saya bisa fokus pegang Shanum. Shanum pun alhamdulillah bisa mengikuti arahan-arahan yang sebelumnya sudah disampaikan saat manasik dan di remind kembali ketika di bus tadi. Shanum cukup fokus bahkan ketika melintasi lampu hijau dia pun selalu sadar untuk mengangkat tangannya dan mengucap:

“Bismillahi, Allahu Akbar”

Tantangan Ketika Sa’i

Kebetulan kami berpisah sama pak Su karena beliau harus ke toilet. Udara yang dingin membuat ga bisa menahan BAK. Setelah kami shalat sunnah di maqam Ibrahim alaihis salam kami lanjut untuk Sa’i. 

Awalnya saya berpikir rasanya tidak terlalu jauh jalan antara Sa’i – Marwah dan begitupun sebaliknya. Tapi ketika badan kita sudah merasa sudah masuk waktu untuk tidur ditambah dengan udara yang dingin, membuat ibadah ini menjadi sangat berat. Apalagi ketika Shanum mimisan di putaran kedua. Seketika saya langsung takut dan khawatir namun tetap tenang. 

Alhamdulillah ada tissue Ibu Ida yang saya minta untuk mencegah turunnya darah mimisan itu. Dan untuk beberapa meter ke depan saya putuskan untuk menggembloknya dibelakang. Saat itu kami belum bertemu dengan Pak Su lagi. Syukurlah mimisan Shanum tidak terlalu banyak. Tapi tetap kami bantu dengan menggendong supaya kakinya tidak terlalu kedinginan. 

7 Putaran yang kalau dilihat cukup simple tapi malam itu rasanya sungguh menantang sekali. Rasanya sudah latihan trekking berkali-kali tapi ternyata malam itu berat. Astagfirullah. 

Tahallul 

Waktu menunjukkan jam 00:30 waktu Mekkah. Udara semakin dingin. Rukun terakhir yang harus kami lakukan adalah tahallul. Kami pun diingatkan tidak perlu tahallul di pelataran Masjidil Haram. Lebih di dalam kamar hotel supaya aurat kita tidak terlihat orang lain. sementara untuk laki-laki disarankan menuju barbershop yang ada di dekat hotel. 

Meski dini hari kami melihat masih banyak sekali jamaah yang beraktifitas. Ada yang baru selesai seperti kami, ada juga yang baru mulai. Ini sungguh kota yang tidak pernah tidur. Masya Allah. 

Kaka Naeema bertugas memotong rambut saya dan Shanum sesuai dengan arahannya satu ruas jari. Dan saya pun yang memotong rambut Kaka Naeema. Alhamdulillah umrah pertama kami telah selesai kami laksanakan. Semoga ibadah umrah kami sekeluarga diterima Allah Azza Wa Jalla, aamiin. 

Sakit

Qadarullah, keesokan harinya saya dan Pak Su demam. Alhamdulillah anak-anak sehat. Sepanjang hari saya dan anak-anak berdiam diri di kamar. Sesekali Pak Su dan Kaka keluar untuk ambil makan di resto untuk saya dan Shanum. Saya benar-benar tidak bisa bangun dari tempat tidur. Meriang aja gitu rasanya. 

Pemandangan di sekitar Ajyad District
Ajyad District Mekkah
Memandang keluar sambil berharap besok bisa ke Masjid

Pak Su memutuskan membeli air zamzam 5 liter di supermarket di bawah. Dan sambil minum air zamzam itu tidak lupa kami berdoa agar diberikan kesehatan. Sebenarnya bisa saja kami mengambil air zamzam di sumur air zamzam yang ada bagian belakang Masjidil Haram. Tapi apa daya badan tak sanggup bangun hari itu.

Besok hari Jumat pertama kami di Masjidil Haram, saya berdoa agar diberi kekuatan dan kesembuhan. Dan Alhamdulillah Allah Azza Wa Jalla mengijabah doa saya. 

Cerita Jumat pertama saya di Mekkah dilanjut pada postingan berikutnya ya. 

PS: Saya tidak banyak dokumentasi saat menjalankan rukun umrah. Saking takut fokus dan takut salah juga.

signature-desy