Melanjutkan cerita perjalanan dari postingan sebelumnya, kali ini saya ingin melanjutkan perjalanan ke Curug Cikawah Pamijahan. Setelah berfoto dan menikmati sejenak keindahan Curug Gleweran kami pun diarahkan oleh Mas Denis, tour guide kami untuk melanjutkan perjalanan dengan menaiki anak tangga.
Saya tidak menyangka bahwa di salah satu tebing ada anak tangga yang akan mengantarkan kami ke tingkatan rute berikutnya. Rute perjalanan ke Curug Cikawah memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Dari mulai yang mudah hingga nanti akan naik ke level yang lebih sulit.
Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk kami sampai ke tujuan akhir sekitar 2 jam. Itu merupakan waktu tempuh normal, jika berhenti untuk istirahat atau foto-foto ya bisa lebih lama lagi. Jika di awal kami hanya melewati jalur yang mudah, setelah menaiki tangga dari Curug Gleweran jalur yang kami lewati mulai lebih menantang.
Bisa dibilang rute di tahap kedua ini adalah merupakan rute yang lumayan menantang. Kami harus melewati bebatuan di sepanjang sungai. Kalau tidak mau sepatu kita basah, harus pintar-pintar loncat dari satu batu ke batu yang lainnya. Air sungai ini merupakan air yang sudah bercampur dengan belerang. Fenomena alam itulah yang menyebabkan batu-batuan yang dilewati air menjadi berwarna kemerahan, cantik banget deh.
Memasuki Kawasan Hutan Pamijahan
Kami semakin memasuki kawasan hutan. Siang itu, kami pikir hanya kami rombongan yang akan menuju ke Curug Cikawah, tapi tidak lama kemudian kami melihat ada rombongan lain yang menyusul kecepatan kami. Serombongan ikhwan sekitar 15 orang yang ditemani oleh guide lokal.
Di area hutan ini jalurnya tidak begitu lebar, hanya jalur setapak yang bisa kami lewati. Meski demikian beruntungnya kanan-kiri jalan setapak itu bukan jurang, melainkan aliran sungai. Tingkat elevasinya bisa dibilang tidak terlalu tinggi. Tidak sampai membuat detak jantung (heart rate) jadi berantakan. Tantangannya paling sesekali harus menyebrangi aliran air dan pijakan batu yang harus hati-hati kita pilih agar tidak terjatuh.
Siang itu alhamdulillah cuaca cukup berawan, meski agak terik tapi kami cukup terlindungi karena kami berada dibawah pohon-pohon rindang. Saya merasa udara yang saya hirup segar banget. Penuh dengan oksigen yang berkualitas. Tidak tercium bau-bau asap disana, serasa lagi detox paru-paru deh.
Dari balik hutan kami bisa melihat kegagahan Curug Cikawah dari jauh. Tinggi sekali dengan airnya yang terjun bebas ke bawah, kami belum bisa membayangkan air itu mendarat dimana.
Kawasan Hutan Mati dan Bebatuan
Sekitar 20 menit kami berjalan setelah melihat penampakan curug itu dari kejauhan, akhirnya kami memasuki kawasan hutan mati. Di area ini mulai tercium bau belerang. Sungai yang kami lewati pun terasa lebih hangat airnya. Asap mulai menari-nari keluar dari permukaan batu. Terasa sedang berada di dunia dinosaurus, Masya Allah indahnya. Tau kan bagaimana di film Jurassic Park kita ketemu sebuah kawasan terbuka setelah kita muncul dari balik hutan. Rasa takjubnya begitulah kira-kira.
Jalur yang ke 3 ini lebih menantang lagi. Kami harus melewati batu-batuan besar, tidak jarang kami harus memanjat sedikit untuk bisa mau ke depan. Dari sini kami bisa melihat Curug Cikawah Pamijahan semakin jelas, tapi kami tetap harus naik ke atas untuk menikmati keindahannya secara utuh.
Karena kali ini batu-batuannya cukup besar untuk kami panjat. Kami memutuskan untuk bersantai-santai sejenak di area ini. Menikmati fenomena alam ini, melihat batu-batuan yang mengeluarkan asap, foto-foto pasti tidak ketinggalan. Di tengah batu-batuan ini ada area kolam yang mempertemukan antara air dingin dan air panas belerang. Sehingga air kolam itu di titik tertentu menjadi hangat. Enak banget untuk berendam. Tinggal pilih, mau yang hangat atau yang agak panas.
Di dekat area kolam naik sedikit ada pelataran cukup besar yang bisa kami pakai untuk beristirahat. Berhubung jam sudah menunjukkan pukul 12:30 kami pun memutuskan untuk istirahat makan siang disini. Kebetulan Kang Deni sudah membawa nasi liwet untuk kami, sungguh makan siang yang istimewa. Sekalian kami menunggu area kolam Curug Cikawah rada sepi, gantian dengan rombongan bapak-bapak itu.
Curug Cikawah Pamijahan Yang Mempesona
Curug Cikawah ini katanya tidak pernah sepi oleh pengunjung. Keputusan kami hiking di hari kerja memang tepat. Karena jalur dan curugnya sepi sehingga bisa kami nikmati sepuasnya.
Setelah kami harus memanjat batu-batuan yang besar itu. Sesekali melintasi uap hangat yang Alhamdulillah jadi bisa sekalian spa disini, akhirnya kami bisa menikmati keindahan Curug Cikawah ini secara langsung.
Dinamakan Curug Cikawah Pamijahan karena terdapat kawah-kawah kecil yang dialiri dengan air. Kawah-kawah tersebut mengeluarkan gas belerang dan air panas.
Curug ini memiliki ketinggian 45 meter. Aliran air yang deras dari atas yang turun kemudian beradu dengan air yang berada dibawah menghasilkan efek angin disertai dengan percikan air yang halus. Jujur saja ya, berada dekat dengan curug ini mendadak jadi kedinginan. Apalagi jika menceburkan ke kolamnya, Masya Allah dinginnya hampir membuat saya sulit bergerak.
Mau menceburkan badan kok jadi ragu-ragu. Khawatir saya menggigil dan kena hipotermia. Lagipula sepertinya cukup dalam, daripada berbahaya lebih baik saya hanya menceburkan kaki saja sudah cukup. Karena merasa cukup menggigil, saya turun ke area bebatuan yang mengeluarkan uap panas, kemudian duduk di dekat sana. Seperti Spa, kaki saya jadi hangat, sekalian saya hangatkan juga pinggang dan punggung saya.
Langit tiba-tiba mulai mendung. Khawatir hujan dan karena untuk turun kebawah kami juga membutuhkan waktu 2 jam, kami pun memutuskan tidak berlama-lama disana. setelah puas foto, menikmati pemandangan mungkin sekitar 40 menit kami pun turun. Karena bekal air minum saya habis, saya pun minta tolong Kang Denis untuk mengisi botol dengan air curug. Alhamdulillah segar banget. Air yang ditampung yang turun langsung dari bebatuan, bukan yang sudah sampai di kolam.
Perjalanan Pulang Dari Curug Cikawah
Biasanya jika sudah perjalanan pulang kami tidak banyak mengabadikan momen lagi. Tapi karena Kang Deni diamanatkan sebuah handphone otomatis dokumentasi ketika pulang pun ternyata ada, yeaay seneng deh.
Alhamdulillah saya merasakan efek dari rajinnya jogging minimal 3 kali seminggu. Kekuatan kaki saya jadi lebih bagus. Sepanjang perjalanan kemarin saya pun melesat dan HR terpantau aman dan stabil. Yang salah lakukan ketika jogging hanya jalan kaki tapi minimal 5 km. Kekuatan ototnya jadi lebih bagus, seneng pokoknya.
Entah kenapa perjalanan pulang terasa lama juga ya. Padahal biasanya kalau pulang jadi terasa lebih cepat loh. Saya hampir terjatuh 1 kali nyusruk dan 1 kali tergelincir karena batu yang kurang kuat pijakannya. Meski begitu Alhamdulillah tidak ada luka kok.
Fix yah, waktu kami sampai bawah perut kami sudah lapar lagi. Begitu sampai kami langsung memesan mie instan, indomie kuah dengan telur. Hiking tanpa indomie memang seperti sayur tanpa garam.
Sejauh ini kami semua satu tim perjalanan puas banget dengan rute Curug Cikawah Pamijahan ini. Pemandangan yang kami dapat semua sempurna. Sawah yang baru ditanam satu bulan dan masih hijau, saung yang ada di tengah sawah, hutan mati, dan curug semua sempurna. Masya Allah Tabarakallah.
Cuma minusnya memang perjalanan menuju Pamijahannya memang sempat membuat saya hampir mabuk darat saking lamanya dan berkelok-kelok, hehehe. Semoga informasi ini bermanfaat ya. Next kita hiking kemana lagi ya?