Standar Kecantikan Perempuan Indonesia

Membahas tentang standar kecantikan perempuan di Indonesia memang tidak pernah ada habisnya. Sewaktu saya remaja ada keyakinan di masyarakat kalau cantik itu harus memiliki kulit yang putih bagai porselen. Pemikiran ini didukung juga dengan industri kecantikan. Ditandai dengan banyaknya brand skincare dan media yang selalu mendoktrin kalimat-kalimat seperti cantik itu putih dan lain sebagainya. Stigma inilah yang membuat semua perempuan di Indonesia menjadikan putih itu sebagai skin goals mereka pada masa itu. 

Jujur saja, saya termasuk salah satu yang termakan dengan doktrin tersebut. Selalu memimpikan untuk memiliki kulit yang putih supaya cantik. Sampai akhirnya saya memiliki rasa kurang percaya diri karena impian kulit putih memang tidak pernah bisa terwujud. Bagaimana bisa terwujud, wong DNA nya kan kulitnya sawo matang, manalah mungkin jadi putih. Kecuali melakukan suntik putih dan perawatan lainnya. 

Standar Kecantikan

Untungnya ngga punya cukup uang, sehingga memutuskan untuk melakukan perawatan tradisional dan sederhana di rumah seperti rajin lulur dan scrub seluruh badan. Untuk wajah paling rajin pakai moisturizer dan sunscreen supaya kulit lebih bersih dan ngga kusam. Dan lambat laun saya pun mulai menerima diri saya apa adanya. Alhamdulillah sampai sekarang ngga malu lagi kalo dipanggil dengan sebutan “item”. 

Fakta Tentang Standar Kecantikan Perempuan Indonesia

Ternyata standar kecantikan itu memang selalu mengalami pergeseran sesuai dengan masanya. Misalnya pada masa penjajahan kolonial Belanda ke masa penjajahan Jepang, standar cantik itu kiblatnya dari perempuan Eropa menjadi perempuan Jepang. Pada awal tahun 1970-an, produk kecantikan dalam negeri menawarkan kecantikan khas Indonesia tidak harus putih tapi kuning langsat. 

Psikolog Kasandra Putranto mengatakan bahwa standar kecantikan awalnya memang dipengaruhi dengan nilai-nilai tradisional, namun saat ini standar tersebut dipengaruhi media, industri kosmetik dan iklan.   

Seiring dengan berkembangnya sosial media, entah dimulai pada tahun berapa mulai ada kampanye yang menyatakan bahwa kulit putih itu bukan standar kecantikan perempuan. Kampanye ini tidak hanya digaungkan di Indonesia saja tapi juga di dunia. Pernyataan “Cantik adalah memiliki kulit putih” akhirnya dianggap rasis dan tidak menghargai keberagaman warna kulit di setiap negara pada masa ini. 

Menurut dokter Olivia Aldisa seorang praktisi estetika di Jakarta dalam wawancaranya dengan kompas.com mengatakan bahwa kecantikan perempuan Indonesia sangat unik dan beragam hal ini tentu saja dipengaruhi oleh faktor budaya tapi juga demografi negara kita. Jadi bisa dibilang tidak ada satu standar khusus yang menggambarkan cantiknya perempuan Indonesia.

Tapi jika ditarik benang merah standar kecantikan itu bisa dilihat jika seseorang memiliki kulit sehat, terawat dan bersih serta percaya diri otomatis akan memancarkan kecantikannya. Standar kecantikan kini tidak lagi mengacu pada warna kulit. Justru dengan menerima keadaan diri apa adanya tanpa merasa terintimidasi menjadi bisa memancarkan kecantikan yang sebenarnya dari seorang individu.

Kontes Kecantikan

Jika kita melihat kontes kecantikan kini, tidak lagi didominasi dengan perempuan yang memiliki kulit putih saja. Fokus penilaian dalam suatu kontes kecantikan kini juga perlu menunjukkan keunikan dari diri dan pribadi masing-masing. Paling tidak ada 3B yang menjadi penilaian dalam sebuah kontes kecantikan yaitu Beauty, Body and Brain. 

Salah satu kontes kecantikan yang diselenggarakan baru-baru ini adalah Miss Grand International. Kontes kecantikan ini mengusung slogan “Stop war and violence”  yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian dan menghentikan perang di Indonesia. Jadi para peserta kontes ini harus memiliki passion untuk selalu menyebarkan pesan positif dan kedamaian di dunia.

Kontes ini dilaksanakan di dua kota selama bulan Oktober, yaitu Bali pada tanggal 4 – 14 Oktober 2022 di Bali dan 14 – 25 Oktober 2022 di Jakarta. Sesuai dengan slogan nya yang selalu ingin menyebarkan pesan positif, banyak pihak yang diajak bergabung untuk terlibat dalam pelaksanaan kontes internasional ini. Salah satu perusahaan lokal yang berkontribusi adalah JNE Indonesia yang memiliki slogan “Connecting Happines”.

JNE Connecting Happiness
JNE Connecting Happiness

Dalam kesempatan tersebut hadir pula Kepala Cabang JNE Denpasar, Alit Septiniwati yang menyerahkan donasi kepada Sanggar Tari Pradnya Sari. Sanggar ini dipilih karena menjadi lembaga yang memfasilitasi anak disabilitas dan anak kurang mampu untuk ikut belajar menari. 

Miss Grand International 2022
Miss Grand International 2022

Selain itu, untuk mendukung acara Miss Grand Indonesia, JNE juga menggelar giveaway tiket gratis bagi masyarakat yang ingin turut menghadiri Bali Agung The Grand Show with Miss Grand International pada 11 Oktober 2022. Disamping itu JNE juga mengundang stakeholder JNE yaitu top member JLC (JNE Loyalty Card), loyal customer, mitra sales counter, pemenang giveaway, karyawan serta media. 

Standar Kecantikan Adalah Self Acceptance

Setiap Perempuan itu Cantik, standart kecantikan perempuan
Setiap Perempuan itu Cantik, standart kecantikan perempuan

Semoga sekarang makin banyak yang teredukasi bahwa standar kecantikan kini bukan lagi soal warna kulit, tinggi, langsing. Selain merawat diri dan bersih yang terpenting adalah penerimaan diri kita sendiri dan memaksimalkan potensi lain yang kita punya. Mengutip pernyataan dari Psikolog Kasandra sudah saatnya berhenti menyabotase diri sendiri, tampillah lebih percaya diri dan berhenti menjadi orang lain.

Yuk ciptakan standar kecantikan untuk diri kita sendiri. Sebagai wujud dari self love.

Referensi:

https://www.dw.com/id/model-indonesia-menantang-standar-kecantikan-putih-dan-mulus/a-63165192 (tanggal akses 18 Oktober 2022)

https://www.brilio.net/cewek/ini-asal-mula-standar-kecantikan-bagi-wanita-indonesia-170731i.html (tanggal akses 18 Oktober 2022)

signature-desy