Lanjut cerita ke pengalaman pertama kali Shalat Jumat langsung di Masjid Abu Bakar. Sebelum lanjut nerusin baca postingan ini, sebaiknya baca postingan sebelumnya dulu ya (dibawah postingan ini kok ga jauh) supaya bisa nyambung ceritanya.
Alhamdulillah saat bangun dini saya merasa badan sudah cukup fit untuk diajak beraktivitas kembali. Langsung whatsapp teman akhwat lainnya supaya bisa barengan shalat di Masjidil Haram. Karena Ka’bah masih direnovasi kami memutuskan shalat di lantai 2. Dalam hati tetap berdoa, semoga Allah Azza Wa Jalla kasih saya kesempatan untuk bisa melihat Ka’bah secara utuh. Meski berharap tapi saya tidak kecewa banget sih, Qadarullah.
Ketika kembali ke hotel Pak Su mengajak kami untuk sholat jumat di Masjid Abu Bakar. Suasana Jumat di Masjidil Haram, Masyaallah ramai sekali. Semua orang semangat dan antusias untuk menjalankan sholat di hari raya ini. Iya, Jumat bagi Umat Muslim merupakan Hari Raya. Di Arab Saudi hari liburnya adalah hari Jumat.
Jalan menuju masjid ini cukup mudah kok. Dari depan pintu 79, ke arah KFC kemudian naik eskalator ke lantai 4. Karena ini hari Jumat dan Masjid Abu Bakar tidak begitu besar sebaiknya berangkat 1,5 jam sebelumnya. Dan Karena ini hari Jumat, jadi pintu akhwat pun dibuka lebih cepat.
Pemandangan Dari Masjid Abu Bakar
Tempat sholat ikhwan dan akhwat tidak berada di lantai yang sama. Begitu masuk, ikhwan tinggal belok ke sebelah kiri, sementara untuk akhwat, saya diarahkan ke kanan dan naik satu lantai.
Alhamdulillah ruangan akhwat masih sepi sekali, hanya ada beberapa ibu yang duduk disana. Kesan pertama ketika masuk ke masjid, Masyaallah sejuk banget. Karpet yang tebal dan empuk. Melihat pelataran Masjidil Haram saja sudah luar biasa takjubnya. Ternyata pelataran Masjidil haram dilihat dari atas sini ternyata tetap bisa membuat saya amaze.
Beruntung kami tiba sebelum ramai, sehingga bisa memilih duduk di pinggir jendela besar. Sehingga dari sana kami bisa melihat pemandangan ke bawah di pelataran dengan jelas. Masyaallah, terasa seperti hari Raya, orang berbondong-bondong ke Masjid untuk Shalat.
Oh iya perempuan diperbolehkan untuk sholat jumat ya. Berarti dengan menjalankan sholat jumat, kita tidak perlu lagi sholat Dzuhur. Sebelum menjalankan kita harus mendengarkan dulu khutbah jumatnya. Ada website yang bisa menerjemahkan khutbah, jadi kita bisa memahami isi khutbah. Ternyata khutbah di Masjidil Haram tidak lama ya. paling hanya sekitar 10 menit saja. Meski shalat di luar Masjidil Haram tapi Imamnya tetap dari di Masjidil Haram. Jadi vibe nya masih tetap sama.
Akhwat yang sholat di sini lebih banyak ibu-ibu. Kebanyakan mereka berasal dari Uzbekistan dan sekitarnya mereka mirip-mirip, China, Jepang dan Melayu. Yang Indonesia rasanya hanya saya dan anak-anak saja. Di Dalam masjid juga ada beberapa jamaah yang berbagi kurma. Dan karena membawa Shanum, jadi ada aja ibu-ibu yang memberinya coklat. Senang banget makanya Shanum disana, coklatnya banyak hehehe.
Di depan pintu masuk Masjid ada sebuah loket tempat mendapatkan oleh-oleh Haji dan Umroh. Dengan menunjukkan paspor dan visa kita bisa mendapatkan Al-Qur’an dan beberapa barang lainnya. Dan katanya yang mendapatkan Al-Quran hanya di outlet sini aja. Sayangnya kami tidak membawa visa dan paspor hari itu, jadi ga bisa ikut antri deh. Oh iya outlet dibuka dari jam 1 siang ya.
Kabarnya pemandangan dari tempat ikhwan lebih bagus lagi karena langsung menghadap Masjidil Haram. Menurut saya vibe Masjid Abu Bakar terasa sangat syahdu dan punya wibawanya sendiri meski berada tidak jauh dari Masjidil Haram. Pokoknya Ada rasa yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Kalau teman-teman umroh, sempatkan mampir ke Masjid ini ya.
