Gunung Butik 1250 Mdpl merupakan salah satu deretan gunung yang ada di Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur. Memiliki ketinggian yang tidak terlalu tinggi membuat gunung ini cocok bagi mereka pendaki pemula.
Gunung ini kini menjadi dikenal banyak orang karena banyak dibahas di sosial media. Ditunjang dengan pemandangan sekitarnya yang asri dan indah. Rute menuju puncaknya pun mengalami peningkatan terus menerus.
Pendakian kali ini saya lagi-lagi diajak Mba Fitri. Beliau memang rajin sekali trekking, jadi kalau sudah ada jadwal dan kebetulan bisa biasanya saya selalu mengusahakan untuk bisa ikutan. Siapa lagi trekking buddy saya sekarang. Tim Bunda Belantara sekarang sulit dipertemukan karena sudah memiliki kesibukan masing-masing.
Mendaki Gunung Butik 1250 Mdpl
Berhubung saat ini saya sulit bepergian trekking di weekday, jadilah request ke mba Fit untuk ngadain di saat weekend. Alhamdulillah dikabulkan dong. Wacana awalnya Mba Fit bilang cuma mau ke Bukit Daolong saja. Kebetulan saya belum pernah kesana.
Tanpa disangka-sangka di H-2 saya baru tau kalau tujuan trekking diubah menjadi ke Gunung Butik. What? Jujur sih agak takut ya, karena yang saya tahu bahwa gunung ini merupakan miniatur dari gunung salak. Katanya jalur pendakian gunung butik ini hampir mirip dengan gunung salak. Mari kita buktikan perkataan mereka itu.
Jalur Pendakian Yang Bervariasi
Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk bisa sampai ke puncak normalnya membutuhkan waktu 2 jam. Tapi berhubung target saya dan rombongan bukan waktu, kami lebih ingin menikmati suasana saja.
Elevasi yang tidak habis-habis membuat saya harus pintar mengatur langkah kaki dan gerak agar heart rate (HR) tidak melonjak tajam. Daripada nafas jadi ngos-ngosan, lebih baik lebih hati-hati. Melangkah sedikit demi sedikit, yang penting kaki ngga kepeleset ya. Untuk detail mengenai jalur pendakian sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya ya.
Yang membuat saya terhibur dari jalur yang menantang ini adalah pemandangan yang bisa saya lihat bahkan di ketinggian sekitar 700an. Dari balik pepohonan yang tanahnya cukup miring saya bisa mengintip pemandangan di kaki gunung ini. Matahari yang menyinari tepat di area pemukiman membuat lelahnya pendakian jadi terbayar lunas.
Jalur pendakian Gunung Butik ini tidak besar, jadi bisa banget kita harus menunggu sebentar karena harus antri ketika melewati jalur. Jadikan momen antri ini sebagai waktu untuk kita ambil napas dan beristirahat sejenak juga.
Terhipnotis Angin Bukit Kolecer
Ketika tiba di pos 4 yang sebutannya adalah Bukit Kolecer, saya sempat berpikir ini adalah puncaknya. Ternyata bukan saudara-saudara, meski bukan puncak tapi bukit ini cukup ramai. Mungkin banyak dari para pendaki hanya mendaki sampai sini saja ya.
Soalnya area mendatar dibukit ini cukup luas. Ada beberapa warung jadi memang ideal banget buat jadi tempat istirahat dan pemberhentian terakhir sebelum kembali ke bawah. Yang lebih menakjubkan lagi, angin di bukit ini kencang sekali. Atau mungkin hari itu kebetulan anginnya lagi kencang ya?. Yang pasti alat pendeteksi arah angin yang dibuat warga sampai mengeluarkan bunyi-bunyian yang kencang sekali sampai terdengar dari bawah.
Berlama-lama di atas bukit ini serasa bukan ada di Bogor deh. Keringat yang membasahi tubuh otomatis langsung terhempas. Berlama-lama duduk di sini rasanya bisa membuat baju saya yang basah oleh keringat menjadi kering mungkin ya. Tapi ya habis itu terbitlah masuk angin ya, hahaha.
Mendaki tidak sampai puncak tapi hanya sampai di bukit kalocer ini menurut saya cukup worth kok. Karena dari bukit ini kita bisa memandang puncah Gunung Butik yang gagah. Bisa juga memandang desa yang tertutup oleh kabut tiba-tiba dan kemudian terang lagi. Mau banget balik lagi ke Gunung Butik tapi hanya sampai bukit ini aja sih.
Menuju Puncak Gunung Butik 1250 Mdpl
Seni nya kalau beraktivitas saat weekend adalah kita bertemu dengan banyak orang. Bahkan sekarang banyak orang yang weekend nya ternyata melakukan trekking. Jadi jalur pendakian pun cukup ramai. Tapi tenang saja, ramainya masih teratur kok, belum se-chaos pendakian ke Gunung Gedhe lewat Putri yang rame nya luar biasa.
Karena jalurnya hanya satu, jadi kita harus bisa pintar mengatur alur lintasan. Ada kalanya kita mengalah agar orang yang berlawanan arah dengan kita bisa lewat, begitu pun sebaliknya. Di situasi ini kesabaran memang dibutuhkan. Dan yang begini itu wajib banget dinikmati. Kita juga harus melatih diri kita untuk peduli dengan orang yang ada disekitar kita, bukan cuma satu rombongan kita saja.
Karena kalau kita tidak peduli, jadinya bisa kacau. Boleh banget saling menyapa dan saling memberi semangat. Meskipun kita tidak kenal mereka. Saling mengingatkan jika jalurnya perlu diwaspadai, itulah seninya.
Jalur menuju puncak Gunung Butik 1250 Mdpl masih harus menanjak. Kita akan melewati jalur yang disetting menggunakan tangga kayu dengan pijakan yang kecil-kecil. Ada sekitar 5 sampai 6 tangga yang harus dilewati. Belum lagi jalur menanjak yang pijakannya kecil-kecil dan cukup curam ketika arah menurun.
Pelan-pelan akhirnya 2,5 jam perjalanan kami sampai di puncak. Akhirnya kami sampai di puncak Gunung Butik 250 Mdpl. Ternyata begitu sampai di puncak ramai sekali ya. Kami kesulitan mencari tempat untuk duduk-duduk. Tapi sebenarnya kalau kami mau lebih masuk ke dalam ada sih area yang enak untuk duduk. Karena ramai, rombongan saya pun memutuskan untuk langsung foto bareng plakat yang menandakan kami sudah sampai puncak Gunung Butik.
Kenapa sih harus foto sama plakat? Ya menurut saya sih harus yah. Buat dokumentasi aja gitu kalau saya sudah pernah sampai disini. Lagipula sayang aja kalau ngga foto, masa sih udah jalan lama ga ada kenang-kenangannya, hahaha. Ya itulah saya pendaki FOMO, hehehe.
Oh iya, di jalur pendakian kita akan sering bertemu dengan anjing milik warga. Ada masanya mereka akan ikut mengantri bersama kita untuk mendaki ke atas. Sebenarnya saya takut anjing ya, tapi karena anjing-anjing itu terlihat santai saja berada di tengah banyak manusia, jadi saya pun santai. Asal jangan menggonggong aja, hahaha.
Kembali Ke Basecamp via Hanjawong
Puas memandang pepohonan dari atas puncak butik, kami memutuskan untuk turun. Kebetulan suasana puncak semakin ramai saja. Pendaki hari itu dari berbagai generasi, gen alpha, boomers, milenial dan gen z semua lengkap. Seru sih, seperti ada di mana gitu.
Untuk turun dengan jalur yang kecil membutuhkan banyak kesabaran dan kestabilan lutut. Jadi pelan-pelan saja, turun sambil merosot gak papa asal jangan terkilir, hehehe. Setelah sampai di persimpangan kami memutuskan untuk turun lewat jalur ke arah bukit hanjawong. Tapi bukan naik ke bukit hanjawong ya.
Karena untuk naik ke bukit hanjawong membutuhkan waktu sekitar 1 jam lagi. Dan rasanya kami sudah lelah sehingga kami memutuskan untuk langsung ke basecamp saja. Ke Bukit hanjawongnya nanti lagi saja.
Turun melalui jalur Hanjawong ini bisa dibilang cukup banyak jalur datarnya dan lebar. Jadi lebih nyaman sebenarnya. Hanya dibawah ada moment harus susur sungai sedikit agak deg-degan sih harus turun dari satu batu ke batu lain. Pelan-pelan saja pokoknya. Dari situ kita akan bertemu dengan area sawah yang artinya jarak ke basecamp sudah semakin dekat.
Oh iya, untuk mendaki ke Gunung Butik dan Hanjawong ini tidak butuh guide sih, apalagi jika weekend karena pasti banyak temannya. Tapi kalau lebih pede pakai guide ya gak papa juga.
Overall meskipun trek nya cukup menantang di awal, tapi melihat pemandangan yang bagus. Birunya langit, hijaunya sawah dan hamparan pepohonan rasanya terbayar sih lelahnya. Dengan catatan dilakukan saat cerah ya, kalau hujan kayanya akan licin banget sih.
Alhamdulillah kami dan rombongan bisa sampai basecamp dengan selamat. Alhamdulillah cuaca hari itu cerah, meski kadang gerimis halus dari kabut-kabut yang tertiup angin. Pendakian hari itu bisa dilewati dengan baik oleh saya dan teman-teman. Bahkan Mba Uci yang sudah hiatus dari kegiatan alam 3 tahun lamanya, bisa melewati ini dengan pelan-pelan.
Next kita kemana lagi?
