Puncak Kuta, Mendaki Gunung 1050 Mdpl Di Dekat Jakarta
Siapa sangka, di dekat Jakarta ada sebuah gunung dengan ketinggian diatas 1000 Mdpl yang dikenal dengan Gunung Kuta.
Menurut beberapa sumber yang saya baca, Gunung ini baru dibuka pada tahun 2019. Disebut Kuta karena puncaknya yang terdiri dari bebatuan. Jalur menuju ke puncak kuta memang tidak rumit seperti gunung pada umumnya, tapi bagi pemula tetap saja challenging.
Untuk menuju ke area Gunung Kuta, cukup mudah. Cukup berkendara di tol Jagorawi arah Sentul kemudian pilih exit tol Sentul Selatan. Ambil jalur ke arah Babakan Madang atau ke Leuwi Hejo. Tapi ketika tiba di parkiran Leuwi Hejo kendaraan harus tetap melaju ke arah atas.
Posisi parkiran Gunung Kuta masih lebih jauh dari Leuwi Hejo, jauh ke atas lagi dengan jalan berkelok dan jalur yang masih bebatuan. Tepatnya ada di Desa Cibadak Kecamatan Sukamakmur, Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Untuk trekking ke Puncak Kuta kita akan melewati 3 Pos. Trekking bisa juga dilakukan pada malam hari, sambil mendirikan tenda di Bukit Wanapa. Dari Bukit ini bisa sekalian menikmati sunset. Paling tidak itu yang saya baca dari beberapa sumber.
Kalau pun dilakukan siang hari, lebih baik memilih pada musim panas agar jalan tanah yang dilalui tidak licin selain itu juga untuk menghindari badai. Karena jika badai bisa jadi kondisi menjadi tidak kondusif apalagi area pendakian yang terbuka.
Cerita Perjalanan Ke Puncak Kuta
Perjalanan saya kesana dilakukan tahun lalu. Waktu itu saya bisa dibilang masih newbie di dunia per-trekkingan ini. Tapi super penasaran dan akhirnya nekat ingin ke Puncak Kuta yang tingginya mencapai 1050 Mdpl.
Perjalanan saya ke Puncak Kuta selalu bersama teman-teman dari Bunda Belantara. Waktu itu, kami memilih untuk ditemani oleh guide lokal yang biasa di hire oleh salah satu teman kami. Pertimbangan tersebut diambil karena waktu itu merupakan pengalaman pertama ke Puncak Kuta, jadi menurut kami ini adalah pilihan terbaik.
Parkiran ke Puncak Kuta masih sama dengan parkiran ke Curug Ciburial, kapan-kapan saya ceritain keindahannya Curug ini ya. Hanya saja jalur yang diambil akan sangat berbeda dengan jalur menuju curug ini.
Alhamdulillah pilihan kami mengambil trekking ke Puncak Kuta pada bulan Maret adalah pilihan yang pas. Matahari bersinar sehingga jalur trekking tidak terlalu sulit untuk kami lalui. Bahkan bonus pemandangan yang jelas untuk dinikmati, awan biru berserakan bisa kami nikmati dan pemandangan kota dari atas terlihat jelas. Tapi matahari yang bersinar terang tetap jadi ujian buat kami.
Oh iya kami selalu memilih trekking di weekday untuk menghindari kemacetan di area Sentul dan meminimalisir bertemu orang banyak di jalur trek. Karena hal itu terkadang warung yang ada di pos peristirahatan biasanya tutup. Makanya penting banget membawa perbekalan yang cukup minimal air putih dan snack super food (fitbar, soyjoy atau buah)
Bagi saya yang masih pemula waktu itu, ternyata jalan kaki 10 ribu langkah per hari tidak bisa dibilang cukup untuk bisa mengontrol nafas dan kekuatan badan secara keseluruhan. Matahari yang terik dan jalanan yang kadang menanjak membuat Heart Rate (HR) saya mudah naik apalagi jika disertai panik, makin berpengaruh akan nafas dan kekuatan kita untuk terus nanjak.
Sering sekali saya harus berhenti untuk sekedar menetralkan HR supaya tidak melonjak terlalu tinggi. Menurut saya, memakai smartwatch sangat berguna di kondisi-kondisi seperti ini. Paling tidak bisa mengontrol kondisi tubuh sendiri agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
New Achievement
Alhamdulillah setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam akhirnya kami sampai. Start dari parkiran sekitar jam 8 lewat, iya waktu itu memang kami kesiangan. Jadi matahari sudah terlalu panas. Jangan lupa pakai topi dan kacamata hitam untuk membentengi diri kita dari panasnya matahari.
Waktu tempuh ke Puncak Kuta memang cukup lama, itu karena kami terlalu banyak berhenti di spot-spot yang menurut kami indah. Selain untuk menikmati suasana, pemandangan, kami juga selalu tidak lupa mengabadikan momen tersebut. Pokoknya kami selalu meng-capture setiap pendakian untuk kami ingat lagi kelak.
Meskipun tidak mudah, hampir kekurangan air minum dan kelaparan, akhirnya kami sampai juga di Puncak Kuta. Masya Allah, pemandangannya luar biasa indah. Nggak nyesel sih mendaki berjam demi untuk melihat pemandangan kota dari atas ketinggian 1050 Mdpl. Masih nggak percaya kalau ini masih dekat dengan Jakarta.
Sebuah kebanggan tersendiri buat saya yang sebelumnya adalah aktivis “mageran”, trus sekarang justru menikmati trekking dengan segala panas dan resikonya. Tapi segala lelah alhamdulillah selalu terbayar lunas.
Setelah menikmati Puncak Kuta hampir 40 menit, karena matahari sudah hampir garis lurus dengan kepala, kami pun memutuskan untuk kembali bergerak. Di Dekat Gunung Kuta jika kita turun ke arah yang berbeda dari kedatangan kita bisa menemukan Curug Meriuk. Habis panas-panasan, sejenak menikmati sejuknya air gunung dengan tidak lupa memesan semangkuk mie instan.
Setelah berhasil menaklukkan Gunung Kuta, kepercayaan diri semakin meningkat untuk terus menambah tantangan trekking berikutnya. Jadi, kita treking kemana lagi nih?
Seruuu banget bisa muncaakk, bareng emak-emak pulaa duh healing bgt sih ini hihii jd pgn ngikuuutt 🙂