Postingan ini menyambung cerita saya sebelumnya, bagaimana awal perjalanan ini dimulai hingga saatnya menuju ke Alun-Alun Surya Kencana. Jadi tim yang berangkat hari ini ada Mba Tinie, Mba Ria, Pak Su dan Guide kami. Jalur masuk kami menuju ke Gunung Gede adalah via Gunung Putri. Situasi jalur pendakian pagi itu cukup ramai. Alhamdulillah tidak padat seperti yang sering saya lihat di media sosial.

Yang membuat saya shock ketika melakukan pendakian ke Gunung Gede via Gunung Putri ini adalah banyaknya warung-warung kecil yang ada di setiap pos. Bahkan pos di jalur ini saja ternyata banyak pos bayangan. Jujur saja jalur yang ramai dengan pendaki dan warung seperti ini membuat saya nyaman loh, hehehe. Meski tetap saja berharap padatnya tidak sampai harus mengantri ya.

Rute via Gunung Putri memang bisa dibilang lebih pendek. Tapi katanya jalur ini lebih  banyak tanjakannya dibanding via Cibodas. Saya belum bisa membandingkan sih ya, mudah-mudahan suatu hari ada kesempatan naik via jalur Cibodas ya, aamiin. Lepas dari Pos 1, Pak Su mulai terpisah jauh dari saya, Mba Tinie dan Mba Ria. Mungkin dia merasa kalau pelan-pelan akan lebih cepat lelah ya. Sementara kami tim cewe-cewe lebih memilih pelan-pelan saja asal bisa sampai. 

Pendakian saya hari itu bertemu banyak anak-anak muda, mengingatkan saya pada teman-teman saya yang adalah anak pecinta alam. Kebayang kalau dari remaja saya sudah memutuskan menjadi pendaki mungkin akan seperti mereka ya kelihatannya. Banyak dari mereka yang melengkapi perlengkapan nya dengan speaker bluetooth yang dari speaker tersebut terdengar suara lagu-lagu senja. Lagu-lagu indie yang menjadi favorit anak-anak skena, ahseek. 

Gunung Gede dan Semangka 

Di setiap warung yang ada di pos selalu ada buah semangka, gorengan, dan kopi. Buat saya dan teman-teman, jajanan yang menjadi favorit kami adalah semangka. Jadilah di setiap post kami selalu jajan semangka. Berapa harganya? Yaa jujur saja cukup mahal dibandingkan kita jajan di kota. Tapi kan membawanya ke atas saja sudah butuh usaha, jadi rasanya harga 5 ribu per potongan kecil rasanya masih wajar. 

Entah kenapa, makan semangka sambil istirahat dan sekedar menikmati suasana jalur Gunung Putri rasanya menenangkan sekali. Meskipun kami menyadari kami masih jauh dari tujuan, tapi makan semangka di jalur mendaki Gunung Gede rasanya sudah cukup menjadi penyemangat kami. Seketika kami merasa semangka Gunung Gede jadi cemilan favorit kami hari itu. 

Gak percaya? Cobain deh, tapi mendaki dulu ya ke Gunung Gede. Oh iya jangan lupa gorengannya juga dicoba. Di sini kalian akan paham arti dari “sederhana tapi bahagia” karena bisa langsung dirasakan deh. 

Semangka juga jadi buah yang mengembalikan kembali semangat jika sudah terasa lelah. Karena setiap pos berhenti dan makan semangka, jadi kami percaya bisa sampai ke puncak Gunung Gede bersama-sama.  

Alhamdulillah hari itu cuaca cerah. Jalur Gunung Putri pun sangat aman dilalui, meski musim kering dan jalur lebih licin karena jalurnya berpasir. Mba Ria cukup kesulitan di jalur ini karena sepatu yang digunakan adalah sepatu training dan bukan sepatu gunung. Jadi rentan sekali kakinya terpeleset. Itulah sebabnya kami memutuskan untuk jalan perlahan saja. 

Menuju Ke Alun-Alun Surya Kencana

Ketika kami sudah hampir sampai ke Alun-Alun Surya Kencana saya berpapasan dengan Pak Su yang ternyata sudah satu jam menunggu di Alun-Alun. Dan memutuskan untuk turun karena sudah sangat kedinginan. Pak Su hanya menggunakan wind breaker tanpa jaket puff, karena Pak Su pikir anginnya tidak akan sekencang ini. Dan karena dia tidak tahan dingin dan mudah kedinginan, jadi dia memutuskan untuk turun. Sementara saya dan teman-teman tetap lanjut naik ke atas. 

Untuk naik ke atas sampai ke Alun-alun Surya Kencana dibutuhkan waktu sekitar 6-7 Jam. Dan Alhamdulillah kami sampai ke Alun-Alun Surya Kencana Barat itu sekitar jam 1 an, pas dengan jam nya makan siang. Tapi ternyata tempat istirahat kami adalah di Alun-Alun Surya Kencana Timur yang lebih dekat dengan jalur menuju summit ke Puncak Gede. Dari barat ke timur kami membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Jadi sekitar jam 2 kami baru bisa duduk beristirahat, makan dan solat. 

Indahnya Alun-Alun Surya Kencana

Kalau saja ada kamera yang bisa mengambil video saya ketika memasuki Alun-Alun Surya Kencana, pasti kelihatan norak banget deh. Mata dan pikiran saya tidak percaya akhirnya bisa menginjakkan kaki di alun-alun surken. Hari itu cuaca cerah, beberapa hari sebelumnya ada info bahwa alun-alun kebakaran. Untung tidak sampai jauh sehingga saya bisa menginjakkan kaki disana hari itu.

Dalam hati yang bisa saya ucapkan adalah “Alhamdulillah” begitu terus berkali-kali. Sesekali mengucap kalimat-kalimat pujian untuk DIA yang Maha Memiliki, “Subhanallah” “Allahu Akbar”. Berulang-ulang terus, terharu tapi tidak sampai menangis. 

Bisa melihat bunga edelweis yang abadi di alun-alun surken yang dulu semasa saya sekolah saya hanya bisa lihat dari teman saya yang membawa bunga itu setelah mendaki gunung. Dan baru tau saya kalau buang edelweis seharusnya tidak boleh dipetik. Mudah-mudahan semakin banyak yang teredukasi akan hal ini ya. 

Sambil berjalan menuju ke timur kami sambil menikmati dan tidak lupa untuk membuat konten. Wajar kan kalau kami ingin mengabadikan pencapaian kami kemudian untuk kami simpan di sosial media. Angin disana memang cukup kencang dan dingin yang menusuk dari balik jaket. Tapi bagi saya cuaca ini justru yang saya suka. 

Akhirnya kami sampai ke alun-alun timur dan menggelar alas duduk kami serta membuka perbekalan kami. Alhamdulillah, saya dan teman-teman bisa sampai kesini. Saat itu kami belum memutuskan lagi apakah akan lanjut summit ke puncak Gede atau hanya sampai sini saja. Sementara kami isoma dulu ya…….lanjut ke part berikutnya. 

signature-desy