Sebelumnya saya menginformasikan update terbaru tentang lembah purba, sekarang giliran cerita bagaimana ekspedisi ke lembah purba bersama teman-teman. Setelah selesai kami menyantap hidangan welcome drink, kami diantar ojek ke area pintu masuk petualangan ini dimulai. Untuk ojek sudah free, tidak perlu membayar lagi. Dan perjalanan menjelajah Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) pun kami mulai dengan tujuan ke Lembah Purba.
Waktu tempuh dari gate awal menuju ke lembah purba sekitar 1,5 jam untuk sekali jalan. Ini cukup terbantu karena adanya jembatan gantung yang membuatnya menjadi lebih bisa menghemat waktu. Perjalanan ke lembah purba pun sebenarnya bisa dinikmati mulai dari 6 tahun hingga usia lanjut. Dengan catatan masih bugar dan tidak takut akan ketinggian. Karena kita akan banyak melintasi banyak jembatan yang ketinggiannya mulai dari 100 meter dari bawah.
Ekspedisi Lembah Purba Dimulai
Saya baru sadar ternyata di area gate masuk ini kita bisa melihat banyak lutung yang bergelantungan di pepohonan sekitar jembatan gantung yang pertama ya. Saya tidak menyadari keberadaan mereka di kedatangan saya pertama dulu. Gate pertama ini sekarang dilengkapi dengan restoran dengan menu seperti mie ayam, menu yang lainnya tidak saya lihat lagi. Karena kami belum berniat makan berat, jad hanya mampir sambil lewat sambil foto-foto.
Kami pun akhirnya memulai perjalanan ekspedisi ke lembah purba sekitar jam 8:30. Setelah memasuki gate kami pun diberikan harness, untuk keamanan yang digunakan saat keadaan darurat. Jembatan gantung ini lebarnya 1,8 meter sepanjang 535 meter. Jembatan gantung ini merupakan jembatan kedua, beroperasi sejak 2023.
Ada penjaga yang stand by di masing-masing ujung jembatan ini. Tujuannya adalah memantau lalu lintas di jembatan. Karena menurut informasi yang saya baca, kalau jembatan ini hanya bisa dilintasi maksimal 90 orang. Makanya kalau masih ada orang yang bergerombol di sepanjang perlintasan akan ada petugas yang mengatur agar jangan ada penambahan orang yang melintas lagi.
Hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk kami tiba di pertigaan yang menjadi penentu arah ke lembah purba dan ke jalur hijau (jalur perjalanan biasa). Di Pertigaan ini juga terdapat restoran yang nantinya akan menjadi tempat kami untuk beristirahat makan siang.
Di sini kami harus menganti untuk memakai harness lagi setelah harness sebelumnya sudah dilepas di ujung jembatan gantung yang pertama. Di restoran ini kami menggunakan harness dengan tali yang lebih panjang. Ini wajib yah, jadi harus dipakai, karena ini benar-benar digunakan saat kita akan melintasi jembatan.
Beruntungnya meskipun beberapa kali kami bertemu dengan beberapa kelompok pengunjung lain tapi masih tidak tampak terlalu ramai. Mungkin juga karena masih pagi ya. Memang memulai kegiatan di pagi hari itu menambah nilai plus lah.
Btw, ini adalah perjalanan pertama saya tidak mengambil dokumentasi sendiri. Handphone saya saya serahkan pada akang guide. Pasrah pada setiap angle yang dia ambil, paling beberapa kali saja saya kasih instruksi untuk mendokumentasikan jalur kosong tanpa ada kami. Sambil berdoa dalam hati semoga hasilnya cocok.
Berbagai Macam Jembatan Dilewati
Dari postingan di sosial media, saya sudah tahu sih kalau di ekspedisi lembah purba ini akan melewati beberapa jembatan yang berbeda. Informasi ini juga saya dapat dari Akang guide kami di pintu masuk sebelumnya. Bahwa kita akan melewati jembatan yang ukurannya bervariasi, dari yang 1 meteran sampai yang ukurannya hanya 50 cm saja.
Setelah dari restoran tadi, kami pun menggunakan harness. Dan kemudian kami melanjutkan perjalanan sekitar 10 menit. Dan kita pun kembali bertemu dengan sebuah jembatan yang panjangnya lebih pendek dari jembatan yang pertama tadi, tapi lebar pijakannya kali ini mungkin hanya sekitar 80 meter saja. Yang bikin shock adalah alasnya hanya berupa besi kotak-kotak, tipiiiiisss banget.
Posisi saya paling depan, semakin maju dan jauh dari ujung maka yang saya rasakan jembatan semakin goyang bahkan di setiap langkah kita. Jantung saya tidak terasa berdebar, pun tidak merasa lemas tapi kaki saya semakin maju ke depan semakin tidak mau bergerak. Yang ada dipikiran saya, kalo saya melangkah, maka jembatan goyang saya khawatir teman-teman saya jatuh gara-gara saya salah langkah. Oke….saya mulai overthinking nih.
Saya dengan 6 orang teman saya jaraknya berdekatan. Jadi ketika saya melangkah, jembatan itu bergoyang ke kanan dan ke kiri beberapa kali. Bayangkan jika ada 5 orang lainnya yang melangkah maka goyangan kanan dan ke kiri nya akan semakin cepat kan? Gimana caranya kita bisa seimbang kalo goyangannya secepat itu. Jujur yah saya jadi kebayang film Squid Game deh di momen itu. Iya, namanya juga overthinking, kemana-mana jadinya.
Meski diliputi ketakutan, sempat mau mundur, tapi ga saya pedulikan pikiran itu. Untungnya ga sampai menangis berlebihan sih. Saya atasi dengan tarikan napas, lihat sekeliling, pepohonan di sekitar demi mencari ketenangan. Dan tetap positif dan percaya bahwa saya tidak akan membuat jatuh teman-teman dibelakang saya.
Berkat semangat dan kepercayaan teman-teman, saya pun mampu melangkah pelan-pelan dan akhirnya bisa sampai di ujung sisi satunya. Begitu sampai diujung saya duduk sebentar untuk menenangkan diri juga. Apa karena saya di depan jadi rasanya lebih ngeri ya?
Atau bisa jadi karena ini adalah pengalaman pertama dan ngga mampu menyerap tips yang diinfo sama Akang guide untuk melangkah secepatnya supaya tidak terlalu goyang. Memang kesannya gampang, tapi begitu dijalanin susah banget.
Kalau ngga percaya cobain deh kalian melintas di jembatan ini. Trus ceritakan pendapat kalian gimana? Hahaha….apa jangan-jangan cuma saya aja yah yang sulit melewatinya? Ekspedisi lembah purba akan berlanjut ke postingan berikutnya. Lanjut ya….!
