Lembah Purba Sukabumi merupakan rangkaian rute yang ditawarkan oleh tempat wisata alam Suspension Bridge Situ Gunung. Tapi kedatangan saya kemarin saya menyadari bahwa branding dari tempat ini sudah bukan suspension bridge lagi tapi lebih ke Lembah Purba Sukabumi. 

Jaman waktu tempat ini masih bernama Suspension Bridge Situ Gunung saya pernah datang bersama keluarga dan mama saya. Mengambil paket jalur hijau yaitu 100 ribu rupiah. Rutenya sudah jalur wisata jadi bisa dilalui oleh beragam usia. Cerita lengkap kedatangan saya kesini pertama kali bisa cek di postingan berikut ini ya. 

Update Tentang Lembah Purba

Seperti yang saya sampaikan diatas bahwa tempat ini kini sudah rebranding menjadi lembah purba. Hal ini dilatarbelakangi oleh pergantian manajemen, kira-kira begitu informasi yang saya terima. Karena itu semua sosial media dan nama-nama tempat di berikan title lembah purba dibelakang spot wisatanya. 

Entah apa pertimbangannya, mungkin ingin menjadikan lembah purba sebagai tujuan yang utama dibanding dengan suspension bridge nya itu sendiri. Untuk menuju lembah purba, kita harus memilih paket expedisi lembah purba, harga untuk paket ini adalah 300 ribu dimana kita akan mendapatkan semua rute di daerah ini. 

Rute ke lembah purba sendiri cukup panjang dan bervariasi. Membutuhkan waktu sekitar 1,5 – 2 jam untuk bisa sampai ke curug kembar atau lembah purba itu. Dan 2 jam lagi untuk sampai ke restoran untuk makan siang. Sementara untuk sampai ke pintu keluar dibutuhkan waktu 1,5 – 2 jam lagi. 

Awal Cerita Perjalanan Ke Sukabumi

Sabtu, 7 September 2024 saya dan teman-teman (sesama macan ternak), kami ber 6 akhirnya mewujudkan wacana hiking kami ke Lembah Purba. Awalnya mau mencari teman sampai 14 orang supaya bisa sewa hiace. Tapi karena perubahan jadwal yang akhirnya membuat hanya 6 orang ini yang bisa ikut di perjalanan kali ini.

Memutuskan untuk nyewa seorang supir karena ngga ada yang mau nyetir. Kami janjian jam 4 Cibubur, dan terlambat 30 menit karena Mba Vhara ketiduran dan hampir aja lupa kalo ada janji dengan kami. 

Perjalanan dari Cibubur sampai keluar tol Cigombong hanya memakan waktu sekitr 40 menit. Kami memutuskan lewat jalur alternatif dan singgah di masjid yang ikonik (karena berwarna ungu) untuk solat subuh terlebih dahulu. Tapi dari masjid itu menuju ke situ gunungnya ternyata menghabiskan waktu hampir 2 jam loh. Pagi-pagi ternyata sudah ketemu macet di jalan raya Sukabumi, biasalah bubaran pabrik. 

Jam 8 akhirnya kami baru sampai di pintu masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Dan untuk masuk kami harus membayar 18.500 per orang. Tapi pagi itu kami mendapat potongan harga langsung, ber 7 kami hanya membayar 100 ribu saja. Hikmah datang pagi-pagi kayanya, situasi belum terlalu ramai. Kami pun akhirnya ketemu Kang Gilang, Guide yang akan memandu kami seharian. 

Sebenarnya harga paket ekspedisi sudah termasuk free guide. Tapi kami memilih untuk pakai guide yang sudah direkomendasikan oleh Mba Jojo teman hiking saya di grup yang lain. Teman-teman KKE cukup puas dipandu oleh Kang Gilang waktu kesini. Jadi lah saya pun memilih ditemani Kang Gilang aja deh. 

Banyak Yang Berubah Dari Situ Gunung Yang Kini Bernama Lembah Purba

Terakhir kesini akhir tahun 2022, waktu itu HTM untuk masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) adalah 16 ribu. Kemarin naik harganya menjadi 18.500 rupiah. Dulu pembelian tiket berada tidak jauh dari parkiran, sekarang justru lebih dekat ke arah danau situ gunung floating lodge. 

Untuk welcome drink yang dulu ada di restoran atas, kini ada dekat pembelian tiket dan seadanya banget, kurang estetik. Menu welcome drink nya juga berkurang, dulu selain rebusan kami disuguhkan juga bubur kacang ijo, selain teh dan kopi. Yang sekarang agak sedikit ala kadarnya aja. Sehingga untuk harga 300 ribu memang terbilang cukup mahal. 

Di beberapa tempat saya merasa tidak serapi jika dibandingkan dengan kunjungan saya di tahun 2022 yang lalu. Ini dari sudut pandang saya yang belum ada 2 tahun mampir kesana ya. Area parkir juga tidak serapi waktu itu. Yang tetap sama adalah penjual cilok yang rasanya masih enak. 

Meskipun perubahan itu tetap tidak mengurangi perjalanan saya ke lembah purba, tapi kalau untuk perjalanan rute hijau nya menurut saya biasa banget. Balik lagi yah, tidak se-estetik dulu bahkan resto yang di dekat glamping tidak megah seperti waktu itu. Mungkin tempat ini juga struggling ya. 

Iya jujur saja perjalanan ke Lembah Purba saya bersama teman-teman bisa dibilang cukup menyenangkan. Dan kayanya tidak terlepas dari servicenya Kang Gilang yang sigap mendokumentasikan setiap pergerakan kami. Jadi foto dan videonya jadi banyak dan super kreatif. Saya sudah tidak perlu mengarahkan angle pengambilan, karena Kang Gilang udah tau mau diambil dari angle mana. 

Cerita lengkap perjalanan kami ke Lembah Purba akan saya sambung di postingan berikutnya ya. 

signature-desy