
Ini adalah pengalaman pertama saya berkunjung ke Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Kunjungan ini saya lakukan di bulan Juni 2024 yang lalu bersama keluarga. Beberapa kali ke Yogyakarta, biasanya selalu saja berkunjung ke tempat-tempat wisata yang tujuannya untuk bersenang-senang. Tapi baru kali ini saya dan keluarga mampir ke museum.
Awal tujuan berkunjung kesini sebenarnya karena adik saya ingin sekali melakukan foto dengan menggunakan baju adat Yogyakarta atau Kebaya. Dan kebetulan dari hasil browsing di google didapati lokasi salah satu studio fotonya ada di Museum Sonobudoyo. Karena berada di dalam maka kami wajib membeli tiket masuk ke museum.
Harga tiket masuk ke Museum Sonobudoyo Yogyakarta cukup terjangkau. Untuk dewasa dikenakan tarif 10 ribu rupiah, anak-anak 5 ribu rupiah, sementara untuk wisatawan mancanegara dikenakan tarif 20 ribu rupiah. Menurut saya sih sangat murah sekali ya.

Berhubung saya tidak ikut foto-foto, sambil menunggu saya memutuskan untuk masuk ke dalam museum dan eksplor. Seperti halnya museum yang saya tau, bangunan museum ini bisa dibilang lawas. Memiliki ciri khas Yogyakarta, dikelilingi dengan pepohonan besar yang membuat suasana menjadi asri.
Dan gara-gara kunjungan saya ini, akhirnya saya jadi mencari tahu mengenai museum ini. Karena setelah saya masuk banyak sekali informasi yang sebenarnya relate banget dengan pelajaran di sekolah.
Mengenal Museum Sonobudoyo
Museum Sonobudoyo didirikan sejak tahun 1953. Kala itu Indonesia masih berada dibawah kekuasaan Kolonial Belanda. Sehingga, kebutuhan untuk melestarikan budaya lokal sangat penting untuk menekan pengaruh budaya luar yang mulai mengancam.
Pada awal museum ini didirikan, tempat ini difungsikan sebagai tempat penyimpanan artefak. Artefak adalah benda-benda peninggalan sejarah yang dibuat oleh manusia, seperti: perhiasan, alat, pakaian, seni dan lain sebagainya.

Museum Sonobudoyo merupakan salah satu destinasi wisata edukasi yang lokasinya berada di pusat kota Yogyakarta. Seperti dilansir dari websitenya museum ini mempunyai fungsi pengelolaan benda-benda yang memiliki nilai budaya ilmiah. Jadi, tugas dari museum ini adalah mengumpulkan, merawat, pengawetan dan melakukan penelitian, pelayanan pustaka, bimbingan edukasi kultural serta penyajian benda koleksi Museum Negeri Sonobudoyo.
Nilai Sejarah dan Budaya yang Tak Ternilai
Nama “Sonobudoyo” dalam bahasa Jawa artinya adalah “memelihara budoyo” cukup bisa menggambarkan tujuan dari didirikannya museum ini. Dari data di website museum pada bulan Mei 2021 diinformasikan bahwa sudah ada sebanyak 63.000 koleksi artefak yang tersimpan disana.
Museum Sonobudoyo ternyata termasuk salah satu museum yang terlengkap di Indonesia. Museum ini menyimpan ribuan koleksi benda-benda bersejarah yang menceritakan kish peradaban Jawa sejak masa lalu hingga kini. Ada juga berbagai jenis batu-batuan yang ditemukan di tanah Jawa.

Cerita bagaimana proses masuknya islam ke Indonesia khususnya tanah Jawa juga bisa kita dapati disini. Bagaimana budaya itu kemudian mengalami berbagai macam proses, ada yang asimilasi dan akulturasi.
“Akulturasi adalah terjadinya percampuran budaya tanpa harus menghilangkan budaya aslinya. Sementara itu, asimilasi adalah adanya dua kebudayaan atau lebih yang ada di lingkungan masyarakat, sehingga dapat memunculkan budaya yang baru.” (Gramedia.com)
Aktivitas Menarik di Museum Sonobudoyo
Ditengah kehidupan yang serba modern dan digital ini, sebuah museum harus banyak melakukan inovasi untuk bisa menarik minat pengunjung untuk datang. Museum kini tidak hanya menjadi tempat untuk mengenal sejarah, tapi sudah berkembang sebagai tempat untuk mempelajari seni dan budaya.
Bekerjasama dengan banyak instansi dan lembaga seni dan budaya merupakan salah satu strategi yang dilakukan untuk saat ini. Bekerjasama dengan seniman untuk menyelenggarakan pameran, latihan tari, sampai ke provider dokumentasi yang mengajak pengunjung untuk berfoto dengan latar belakang kota Yogyakarta menggunakan kebaya khas Yogyakarta.
Berfoto dengan menggunakan baju adat merupakan salah satu kegiatan yang sedang viral saat ini. Kekuatan sosial media membuat aktifitas ini banyak diburu oleh wisatawan. Kota Yogyakarta dan juga furniture-furniture lawas yang berada di dalam museum menjadi background nya.

Harga paket foto yang ditawarkan pun beragam, pengunjung bisa mengambil paket sesuai kebutuhan. Jujur saja saya kurang ingat berapa saja harganya cuma menurut seingat saya cukup worth it kok. Untuk 6 orang dan unlimited shoot selama 1-2 jam harganya sekitar 200-300 ribu sudah termasuk edit dan hanya menerima softcopy saja.

Sebuah tips dari saya, jika ingin menyewa baju adat disana sebaiknya kita juga prepare menggunakan manset agar tidak menempel langsung dengan baju-bajunya. Meskipun baju-baju yang sudah dipakai terlihat diletakkan di tempat yang untuk pakaian kotor, tapi tidak ada salahnya menjaga kenyamanan untuk diri sendiri, iya kan?
Satu Jam Di Museum Sonobudoyo
Sambil menunggu rombongan berganti baju, saya menyempatkan masuk ke dalam museum untuk melihat artefak-artefak yang ada. Ruangannya sejuk, jadi tidak perlu khawatir kegerahan, lebih enak didalam dibanding menunggu di pelataran.

Sebelumnya kita akan melihat set gamelan, yang menurut saya mungkin sesekali masih dimainkan. Kemudian kita disambut dengan sebuah layout kamar pengantin jawa beserta dengan barang-barangnya.
Sistem pencahayaan setiap ruangan tidak sama. Kadang gelap, kadang terang sekali. Mungkin disesuaikan juga dengan jenis artefak yang ada disana. Dibagian bebatuan megalitikum dan sejenisnya yang saya ingat ruangan agak sedikit gelap.
Beberapa penjelasan dari setiap barang-barang kadang agak terlalu kecil, sehingga perlu jarak yang sangat dekat untuk kita membacanya. Jika museum sedikit ramai rasanya agak terlalu sulit jika ingin membacanya.
Mulai dari jenis batu-batuan, alat musik, proses masuknya islam, bagaimana islam masuk dan merubah cara berpakaian masyarakat kala itu, berbagai macam jenis permainan dan masih banyak lagi. Rasanya 1 jam saja kurang berada disana. Atau karena saya terlalu menghayati ya?.


Membaca masing-masing penjelasan dan melihat jenis artefaknya langsung membuat saya kembali ke jaman sekolah dulu. Dulu suka sekali saya dengan sejarah. Makanya masuk ke dalam Museum Sonobudoyo seakan-akan membuat saya kembali ketika guru sejarah saya meminta saya menghapal proses-proses itu.

Harapan saya untuk Museum ini, semoga bisa terus berinovasi dan berkolaborasi dengan banyak pihak, misalnya membuat penjelasannya menjadi bentuk digital dan interaktif. Diimbangi dengan alat peraga permainan tradisional rasanya akan tambah seru.
Teman-teman jika ke Yogyakarta, rekomen mampir ke tempat ini. Mengenalkan sejarah dan budaya kepada anak-anak. Kalau bukan kita, siapa lagi, ya kan?
Referensi: https://kegiatan.pkimuin-suka.ac.id/
