Pendakian Gunung Salak, Lintas Cidahu-Cimelati

Pengalaman pertama selalu meninggalkan hal yang berkesan tentang pendakian Gunung Salak ini. Apalagi rutenya yang ajaib banget, membuat saya benar-benar tertolong dengan latihan strenght yang selama ini dilakukan meski belum rutin. Olahraga sebagai investasi itu adalah benar adanya. 

Cuaca di Gunung Salak memang menjadi misteri. Setiap menit bisa saja berubah dari cerah menjadi mendung, berkabut dan tiba-tiba bisa cerah lagi. Tapi memang sih, sepanjang perjalanan naik via Cidahu cuaca agak mendung. Sehingga saya tidak bisa menikmati langit biru yang ada di langit Gunung Salak. Mungkin ini juga penyebabnya saya kurang termotivasi memanjat ke atas karena tidak bisa melihat langit ya?

Langit Cidahu siang itu, kawah ratu dilihat dari atas

Beruntungnya Mas Candra mau sedikit-sedikit mengambil footage video dan foto selama pendakian gunung salak. Jadi paling tidak ada yang tertinggal dari pendakian yang penuh dengan pembelajarn ini. 

Gerimis, Jalur Licin Dan Kabut

Puncak Manik Salak 1 2211 Mdpl

Setelah saya beristirahat 40 menit, atas komando guide utama, kami pun akhirnya turun secepat mungkin supaya bisa solat di pos 3 Cimelati. Targetnya pokoknya sebelum gelap sudah bisa sampai ke basecamp dibawah. Begitu kira-kira. 

Awal perjalanan saya masih bisa mengimbangi. Masih berdekatan dengan Mba Ari yang turun perlahan-lahan. Tapi lama kelamaan tetap saya tertinggal lagi. Kenyataannya jalur turun via Cimelati tidak lebih mudah dari pendakian tadi via Cidahu. Sepertinya habis hujan di jalur ini kemarin sehingga membuat tanah menjadi basah dan becek. Tidak hanya sampai disitu itu juga yang menyebabkan jalur menjadi licin. 

Mulai bisa menerima bahwa saya akan tertinggal lagi dibelakang. Belum lagi perut saya sangat mules yang sudah saya tahan sejak siang. Sepertinya psikosomatis, jadi membuat mulesnya datang dan pergi. Jam 4 dan bertemu dengan pendaki lain yang berniat memasang tenda di pos 2 membuat saya memutuskan untuk numpang solat dulu di alas mereka. Saya dan Mas Candra pun istirahat dan solat dulu, soalnya kalo mau tetap turun ke pos 3 khawatir ngga keburu waktunya. 

tumbuhan di hutan gunung salak

Akhirnya setelah solat saya menjadi lebih plong. Soalnya solatnya tidak terlewat. Takut saya jika dalam perjalanan eksplorasi alam ini yang tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta justru membuat saya meninggalkan solat.  Jangan sampai hal seperti ini terjadi. Mudah-mudahan tidak yah…. 

Jalur kembali ke bawah tidaklah mudah. Akar yang terkena tanah membuatnya tidak hanya becek tapi juga licin. Belum lagi kontur tanah nya yang tidak sama, kebanyakan bertangga tapi tidak ideal tinggi dari masing-masing anak tangganya. Jadi kecepatan saya turun pun semakin pelan. Beberapa kali kaki saya keseleo, Alhamdulillah tidak sampai cedera. Fokus saya akhirnya kepada hati-hati dibanding cepat sampai. Pokoknya mengusahakan pulang dengan stamina yang fit adalah tujuan utama. 

Rute gunung salak via cimelati

Menjelang magrib saya merasakan perut semakin mules. Sudah dibalur plosa 2 kali tapi tidak mempan. Akhirnya saya menyerah dan memutuskan untuk dikeluarkan saja. Minta tolong sama guide dipandu cara buang air di hutan. Mamang Guide bantu untuk menggali tanah dibalik semak-semak. Setelah urusan buang hajat selesai, Alhamdulilah perut saya menjadi lebih baik. Dan momen pendakian ke Gunung Salak ini, sekaligus perdana saya BAK dan BAB di dalam hutan. 

Pendakian Gunung Salak Tidaklah Mudah Mau Dari Jalur Manapun

Setelah magrib langkah kaki saya sedikit lebih enteng, meski tetap saja tidak bisa cepat karena jalur tanah yang licin dan becek. Untung saya membawa dua senter yang saya persiapkan sesuai instruksi Mba Fitri beberapa hari sebelum perjalanan.

Langit semakin gelap dan kami berjalan berdasarkan penerangan terbatas dari headlamp dan senter. Saya memutuskan pakai headlamp dan senter yang saya bawa saya pinjamkan ke mas Candra. Dan ternyata headlamp saya hanya bisa bertahan kurang dari 1 jam. Udah gitu cahayanya akan meredup, Alhamdulillah ketika sudah merasa agak gelap, Mas Candra mau membantu menerangi jalan saya juga. 

Beberapa kali hampir jatuh dan hampir terperosok. Tapi Alhamdulilah, Allah Ta’la membantu saya untuk tetap berdiri. Kalau cerita pengalaman saya di pendakian gunung salak ini saya merasa sebuah pertolongan dari Allah.

Jam 7 an saya mulai berhalusinasi seperti melihat bayangan, tapi ternyata setelah didekati hanya pohon. Saya merasa ini adalah efek dari kelelahan sih, jadi masih bisa dikembalikan lagi pikirannya ke logika yang benar. Berkali-kali bertanya ke Mamang Guide, sampai bawah berapa jam lagi. Kapan sampainya? Ini sampai jam berapa kira-kira? Begitu terus yang ditanya dan berulang, Mungkin Mamang Guide sih bosen deh hahaha.   

Rute pendakian lintas gunung salak 1

Malam itu hutan Gunung Salak pun sunyi sekali. Saya tidak mendengar suara hewan yang bersuara. Tidak juga dilanda ketakutan yang berlebihan. Tapi dari dalam hutan saya bisa mendengar suara azan isya. Bisa mendengar suara adzan berarti menandakan sudah dekat dengan perkampungan bawah. Tapi nyatanya perjalanan masih menghabiskan waktu 40 menitan. 

Berjalan terus dengan berbekal penyinaran dari senter Mas Candra. Sementara Mamang Guide lebih suka bergerak tidak jelas alias tidak dibelakang saya. Tapi ternyata Mamang Guide bisa berkomunikasi dengan Guide yang sudah di bawah bersama teman-teman. Ada sinyal tapi memang tidak stabil. Setelah saya sudah di pos 1 Cimelati kemudian ada suara motor yang mendekat. Ternyata Mamang Guide kasih info ke bawah bahwa kami sudah melewati pos 1. 

Saya bilang sama Mamang Guide, “wah motor itu mau kemana? Ngapain masuk kedalam sini mas.” Ternyata itu adalah motor ojek yang dikirim Mba Fithri dan Mba Lia untuk menjemput saya kesini supaya lebih cepat sampai. Soalnya sudah jam 8, udah malam banget kan. Sementara Mba Lia sudah sampai di bawah sejak sebelum magrib. Kebayang kan nunggu saya tuh lama banget mereka. Bahkan Mba Irma yang sudah pulang lebih dulu karena besok harus bekerja lagi. 

Perjalanan pendakian gunung salak yang saya lakukan dengan tektok dan seharian membawa banyak pelajaran untuk saya pribadi. Bagaimana belajar untuk tetap positif dan mengintrol diri merupakan hal yang penting banget dijaga. Meskipun teman-teman lebih dulu, saya bersyukur mereka tidak melupakan saya dan tetap menunggu dibawah sambil siaga. Terima kasih ya. Pendakian saya ke Gunung Salak menjadi modal saya untuk melakukan pendakian ke gunung yang lainnya. Insyallah. 

signature-desy