
Bubur ayam merupakan sarapan favorit kebanyakan orang Indonesia, kali ini saya ingin membahas salah satu bubur ayam legendaris H Jewo yang ada di Jakarta.
Pak Bos (Baca: suami) adalah salah satu orang Indonesia yang menjadikan bubur ayam sebagai sarapan favoritnya selain nasi uduk. Sebenarnya saya juga sih, tapi masih addict beliau dibandingkan saya. Disuguhkan sarapan bubur ayam setiap hari pasti ngga nolak deh.
Berhubung hari itu kami sedang staycation di salah satu hotel di Kuningan, Pak Bos ada ide untuk sarapan bubur ayam yang legendaris di Masjid Cut Meutia. Bubur ayam ini selalu jadi menu sarapan nya sebelum ke kampus di daerah Menteng. Jadi pagi itu selain sarapan juga sebagai momen untuk bernostalgia.

Karena kunjungan saya kemarin itu, saya jadi tertarik mencari tahu tentang perjalanan Bubur Ayam H. Jewo ini menjadi seperti sekarang ini. Saya jadi ingat pernah turun Commuter Line di Stasiun Gondangdia dan melintas di pangkalan bubur ayam ini, terpantau ramai dan cukup antri.
Lokasi Bubur Ayam Legendaris H. Jewo
Ternyata dulu lokasi bubur ayam legendaris H. Jewo bukan disini. Awalnya bubur ayam ini berjualan di Jalan Tanjung, Menteng. Hanya gerobak di pinggir jalan di dalam perumahan, dan pelanggan yang datang biasa membawa kendaraan. Para pelanggan biasanya menyantap hidangan mereka dari dalam mobil.
Tapi karena semakin banyak pelanggan, ada keluhan dari warga sekitar yang merasa terganggu. Mungkin karena kebanyakan pelanggan menggunakan kendaraan, jalan perumahan jadi penuh sehingga warga jadi kesulitan untuk melintas ya.
Akhirnya di tahun 2015 bubur ayam legendaris ini berpindah ke komplek Masjid Cut Meutia. Tepatnya ada di sisi masjid yang berseberangan dengan Stasiun Gondangdia, jadi cukup strategis dan mudah diakses para pengguna transportasi umum sekalipun.
Lokasi terkini berada di dalam parkiran Masjid Cut Meutia, justru jadi punya tempat duduk dan meja, meski tidak besar namun cukup nyaman untuk pelanggan makan ditempat. Bahkan membawa magnet untuk pedagang-pedagang lain ikut berjualan di sekitar bubur ayam ini, sehingga pelanggan yang datang punya beberapa pilihan makanan dan minuman.

Review
Saya suka dengan lokasi tempat bubur ini mangkal, di komplek Masjid Cut Meutia yang memiliki nilai bersejarah. Jadi vibe bubur ayam legendarisnya jadi semakin terasa. Ada di bawah pohon yang rindang jadi adem terus.


Bubur Ayam legendaris H Jewo ini memiliki rasa yang gurih, dengan tekstur kekentalan bubur yang sedang. Disajikan dengan tambahan kacang, ayam, cakwe dan kerupuk membuat bubur ayam H Jewo semakin padat. Sambal khas nya adalah sambal kacang yang encer. Menurut saya sambalnya kurang pedas, karena mau dipakai banyak-banyak juga ga bikin huh hah. Tapi mungkin ini yang menjadikan bubur ini pas dijadikan menu sarapan.
Kurang lengkap rasanya makan bubur ayam tanpa sate. Tenang ada pilihan sate usus, sate ati dan ampela. Saya ngga lihat ada sate telurnya atau engga ya….lupa hehe. Tapi dari yang saya baca kalau makan bubur diatas jam 7 biasanya sate ati ampela nya sudah kehabisan. Untuk pilihan minum juga bervariasi karena ada penjual lain khusus minuman yang bisa menyediakan teh hangat. Makin lengkap kan.

Harga yang dipatok memang cukup mahal dibanding bubur ayam pada umumnya. Sekitar 20 ribu hanya bubur saja. Tapi dengan topping yang banyak dan suwiran ayam yang besar-besar cukup worth lah. Buka dari jam 5 pagi hingga jam 10:30 atau sesuai dengan ketersediaan bubur yang ada.
Sekali-sekali cobain deh sarapan disana sambil menikmati CFD di sana weekend.
Referensi:
https://jakarta.tribunnews.com/2020/09/04/menikmati-bubur-ayam-legendaris-h-jewo-di-masjid-cut-meutia-pernah-disantap-presiden-kedua-ri (Tanggal akses 15 Januari 2023)
