Film Dua Garis Biru

Awalnya saya ngga paham tentang issue yang muncul di masyarakat tentang film Dua Garis Biru ini. Boro-boro tau issue, ada film ini aja saya ngga tau. Saya itu memang kudet banget deh. Sampai akhirnya salah satu blogger kaka Annisast bahas tentang film ini di IG Story nya. Statementnya di IG Story itu kurang lebih menyatakan bahwa ini film yang isinya sex education. Ah masa? 

Belum, saya belum cari informasi mendalam tentang film itu. Saya hanya coba mencerna arti judulnya dulu….hahaha iya, iya lemot banget, sampai lama baru deh nyambung kalau ini tuh maksudnya kesitu. Sampai kemudian ada beberapa teman yang beropini melalui  IG Story nya tentang film ini.

Sebagai ibu yang memiliki anak perempuan yang sebentar lagi akan memasuki masa baliq, dengan embel-embel sex education saya pun tertarik melangkahkan kaki ke bioskop sendirian. Karena penasaran, karena ingin mencari tau apa sih yang bisa saya refleksikan di dunia nyata. 

Belajar Dari Film Dua Garis Biru

Saya pikir karena sudah beberapa hari ditayangkan film ini sudah tidak begitu ramai. Ternyata ngga demikian di Tangerang. Sore itu bahkan salah satu jam saja sudah full. Alhamdulillah saya bisa dapat di jam kedatangan saya meski itu kondisinya sudah hampir penuh, tapi masih dapat kursi di posisi kesukaan saya. 

Lucu sih awalnya karena saya merasa seperti tante yang lagi nemenin keponakannya nonton. Yes, mayoritas yang ada di dalam situ adalah remaja perempuan. Waah….kontroversi di kalangan orangtua tapi justru jadi juara di hati anak-anaknya. Menurut saya justru kita harus cari tahu tentang filmnya itu kan.

Keluarga Dara-Film Dua Garis Biru

Jadi apa sih yang saya pelajari dari adanya film Dua Garis Biru ini: 

  • Ketika publik membicarakan akan keberadaan film itu, sebaiknya kita sebagai orangtua nonton langsung dan simpulkan apa isi film itu. Supaya lebih paham ngga sekedar dengar dari penilaian orang lain. Bisa menyimpulkan positif dan negatif dari film itu.
  • Percaya deh, semakin dilarang akan semakin penasaran itu remaja. Jadi ada baiknya justru kita temenin aja nontonnya. Atau kita nonton duluan, begitu dia nonton sama teman-temannya kita bisa diskusi bareng akan isi film tersebut.
  • Film ini mengingatkan kita sebagai orangtua untuk selalu membangun komunikasi dengan anak. Jangan cuma bertanya hari ini belajar apa. Tapi juga tentang dirinya. 
  • Sedini mungkin ajari anak tentang dirinya, tentang perkembangan tubuhnya, tentang pendidikan sex, tentang lawan jenisnya. Tentang masa-masa akil baliq.
  • Scene-scene dalam film ini tetap mengingatkan kita sebagai orang tua untuk selalu mendampingi anak-anak. Dekatkan mereka dengan nilai-nilai agama, dan selalu bertanggungjawab. 
  • Film ini memberikan gambaran nyata kepada anak remaja resiko apa yang mereka tanggung jika mereka berada di posisi Bima dan Dara. Secara gamblang. Ada resiko sosial, ada perasaan orang tua yang hancur, ada tekanan-tekanan yang munculnya dari diri sendiri. Itu semua tergambarkan jelas disini. 

Berada didalam ruangan bioskop diantara anak-anak remaja yang menonton membuat saya ingin pulang dan peluk kaka. Peluk erat, melindunginya, tapi kan ngga mungkin juga jadi overprotektif. 

Keluarga Bima-Film Dua Garis Biru

Saya ingat dengan apa yang pernah disampaikan para psikolog, anak harus bertemu dengan banyak masalah, bertemu banyak orang dan belajar mencari solusi. Tapi bukan berarti kita membiarkan dia besar sendirian. Diskusi, diskusi dan diskusi lakukan itu terus jangan berhenti. 

Dada saya sesak sepanjang menonton film itu. Ingin nangis kenceng tapi malu hahaha. Air mata saya ngga berhenti keluar dari sudut mata, khawatir dia ga terkontrol dan membanjiri mata. Tak berhenti beristigfar memohon ampun sama Allah Azza Wa Jalla mungkin sebagai orang tua saya masih jauh dari sempurna. 

Lulu Tobing, Film dua garis biru

Di sosok tokoh ibunya Dara yang diperankan oleh Luku Tobing saya merasa melihat sosok saya sendiri. Oh tidak…jangan seperti itu. Di sosok Ibunya Bima yang diperankan Cut Mini saya melihat sosok ibu mertua. Sabar dan mendampingi terus anak untuk memperbaiki kesalahannya.

Baca Juga: Peran Lingkungan Dalam Tumbuh Kembang Anak

Yang saya ingat lagi dari film itu bahwa melahirkan itu memang pekerjaan cuma sekali, tapi menjadi orang tua adalah peran yang harus dijalankan seumur hidup. Saya rasa anak-anak mulai harus diajarkan putaran kehidupan, tentang tugas perkembangannya dan perannya. 

Kesimpulannya nonton deh filmnya bersama anak-anak. Kalau anak-anak malu nonton sama kita paling tidak adakan diskusi di rumah akan film ini. Cocok ditonton oleh remaja dan para orangtua. Hal yang dilakukan oleh Bima dan Dara tidak patut dicontoh. Tapi kenyataan-kenyataan itu ada disekitar kita. Tapi jangan lupa, habis itu lakukan diskusi ya. 


signature-desy