Perjalanan menuju Goa Garunggang bisa dilihat di postingan sebelum ini ya. Di postingan ini saya akan menceritakan bagaimana anak-anak kami, Naura dan Shanum sangat excited untuk masuk ke dalam Goa.
Waktu yang kami habiskan untuk bisa sampai ke Goa Garunggang kurang lebih 2 jam. Tim kami hari itu terdiri dari Saya, pak Bos, Kaka Naeema, Shanum, Mami, Ibu Ita (Adik Ipar), dan kedua anaknya (Dinda dan naura). Kecuali saya semuanya masih newbie untuk hiking seperti ini. Sebenarnya jalur yang kami ambil ini juga sedikit memutar jadi ya wajar kalau agak lama juga.
Untuk masuk ke area Goa Garunggang dikenakan tarif 20 ribu per orang. Sedangkan untuk bisa eksplore ke dalam goa dikenakan tarif sukarela karena akan dipandu oleh guide dengan lampu untuk bisa menerangi selama berada di dalam. Fasilitas disana cukup lengkap, ada toilet dan Mushola.
Sejarah Goa Garunggang
Dari yang saya baca di berbagai sumber dan informasi yang didapat dari Bapak Guide, bebatuan ini ditemukan sekitar tahun 1983-1984. Awalnya ada petani yang menggali area tersebut untuk dijadikan perkebunan. Tapi semakin dalam digali yang ditemukan justru bebatuan layaknya batu-batu karang di laut.
Tekstur bebatuan ini mirip seperti tebing di Grand Canyon bentuknya rapi menjulang tinggi. Sejak tahun 80-an penggalian terus dilakukan, semakin digali semakin banyak bebatuan yang ditemukan, tapi ternyata bukan hal yang mudah. Justru penduduk banyak menemukan kegagalan. Kemudian di daerah tersebut juga ditemukannya goa yang tembus ke berbagai arah.
Ada 2 jalur goa yang tidak berbahaya. Yang pertama sepanjang 30-40 meter, itu pun tidak tembus, jadi harus balik arah. Yang Kedua, dibutuhkan perlengkapan dan skill yang cukup Paling cepat 3-5 jam untuk bisa tembus. Karena itu perlu peralatan yang memadai untuk bisa masuk ke jalur ini.
Pembukaan Goa Garunggang ini tidak bisa dengan mudah dilakukan karena memang terkendala biasa. Selama ini segala yang ada hanya diusahakan oleh warga lokal saja. Jadi kalau harus membayar dimaklumi saja ya. Untuk pemeliharaan dan kenyaman juga pada akhirnya.
Goa Garunggang sendiri baru dibuka untuk objek wisata sejak tahun 2018. Keberadaan Goa ini juga merubah hidup warga sekitar juga. Warga kini tidak hanya sebagai petani tapi punya pekerjaan lain yang pendapatannya lebih cepat seperti membuka warung dan menjadi guide.
Baca Juga: Manfaat Travelling Bersama Anak
Pengalaman Masuk Ke Goa
Begitu memasuki area Goa Garunggang kami cukup terkesima, Masyaallah. Bebatuan ini indah banget ya, Tersusun rapi dan teksturnya halus. Bentuknya juga unik semua, ngga nyangka di daerah gunung yang lebih banyak perkebunan tiba-tiba bisa bertemu dengan jajaran batu seperti itu. Saya jadi ingat Daehan sebuah desa yang Drakor Alchemy of The Soul.
Naura dan Shanum dua anak kecil ini yang paling semangat ingin turun kebawah. Awalnya saya ragu, apakah cukup aman atau tidak. Dan kondisinya sedikit gerimis, saya khawatir kalau tambah deras air akan deras pula masuk ke dalam goa. Tapi Bapak Guide yang menjaga goa meyakinkan kalau itu cukup aman. Bismillah, kami pun masuk semua kecuali Kaka Naeema dan Mami.
Jujur yah, tangga nya kecil banget sehingga kami harus ekstra hati-hati. Belum lagi didalam beneran gelap. Alhamdulillah ada lampu yang dibawa bapak guide sehingga langkah kaki kami cukup aman dan terlihat. Karena lampu itu pula kami bisa foto-foto dibawah meski hasilnya kurang memuaskan.
Batu-batuan dalam goa terlihat kuning seperti berlumut, tapi ketika diinjak tidak licin. Bapak Guide justru lincah banget menjejakkan kaki di dalam goa, sudah hapal banget kemana harus melangkah kayanya. Awalnya ketika turun kami cukup berhati-hati, khawatir sulit untuk anak-anak berpijak, tapi alhamdulillah ternyata anak-anak berani banget. Itulah, jangan pernah mengabaikan kemampuan dan tekad anak kecil. Bisa jadi mereka punya keberanian lebih daripada kita.
Bapak Guide menjelaskan dengan informasi seadanya tentang stalaktit yang ada di dalam goa. Dan menurut saya itu cukup, sehingga membuat perjalanan kami ke dalam goa cukup bermakna dan menambah pengetahuan anak-anak juga.
Stalaktit adalah batu yang muncul dari atas goa dan bentuknya meruncing. Stalaktit terbentuk dari kalsium karbonat yang mengendap serta mineral-mineral lain. Kandungan ini kemudian larut didalam air yang kemudian menetes.
Di Dalam gua ada spot yang memang berfokus pada stalaktit dan ada bagian yang merupakan sarang dari kelelawar. Wah…sungguh ini merupakan pengalaman pertama saya juga melihat rumah kelelawar yang ada di goa. Puluhan kelelawar tidur menggantung di atap goa dan kami berfoto di dalamnya. FYI…goa itu juga ternyata mengalir air seperti sungai didalam tanah, sayangnya saya lupa bertanya kemana arah aliran airnya. Masyaallah tabarakallah.
Anak-anak cukup takut ketika mereka melihat banyak kelelawar di atas mereka sedang tidur nyenyak. Beberapa ada yang berterbangan tapi masih aman, kami tidak berlama-lama khawatir mengganggu mereka. Foto-foto pun dilakukan secepatnya karena takut ganggu beneran saya tuh. Kita aja kalau lagi tidur kan suka bete ya kalau diganggu. Mungkin mereka juga.
Proses naik ke atas ternyata tidak sesulit waktu masuk. Kami sudah hafal batu mana yang harus dipijak. Dan yang terpenting kalau ke alam seperti ini, jangan takut kotor. Kalau takut kotor dan membatasi diri untuk bergerak dijamin deh susah juga kita melangkah jadinya ga nyaman.
Sesampainya di permukaan ternyata Mami dan Kaka Naeema sedang asyik makan Pop Mie. Perjalanan dua jam dengan tanjakan yang lumayan memang membuat perut keroncongan ya. Tanda perlu tambahan energi nih. Pertama kali juga kami mengizinkan Shanum mencoba mie instan alias indomie. Makan sambil senyum-senyum dan kepedesan, disuap dengan pelan, menikmati sekali.
Takut ketagihan, saya bilang ke Shanum, “makan indomie nya kalau lagi hiking ya, kalau di rumah ngga boleh”. Dan percaya ngga dia pun mengajak hiking lagi karena mau makan indomie, hahahaha. Little reward boleh lah ya.
Baca juga: Trekking Ke Leuwi Hejo
Anak-anak senang banget dengan pengalaman mereka masuk ke dalam goa. Mungkin sebuah pengalaman yang tidak akan pernah mereka lupakan, apalagi dengan pemandangan yang indah.
Jangankan anak-anak, saya pun suka banget dengan keputusan saya hari ini untuk melangkah ke Goa Garunggang. Soalnya selama ini foto-foto yang saya lihat kurang menarik, jadi tidak tertarik kesini. Tapi ternyata kenyataannya lebih menarik dari sekedar foto yang ada di internet. Layak deh untuk coba turun ke bawah, meski ga bisa lama-lama ya.
Setelah kenyang dengan mengisi perut kami dengan semangkuk mie instan, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Leuwi Asih. Kata bapak guide jaraknya deket kok, sekitar 2 km aja dari sini. Mari kita jalani, apakah benar 2 km? Cerita lanjutan ke Leuwi Asih akan bersambung ke postingan berikutnya ya.
To Be Continued…..
Referensi: https://travel.detik.com/travel-news/d-5715772/gua-garunggang-di-sentul-yang-viral-di-medsos-asal-usulnya-misterius/2 (Tanggal Akses 12 Februari 2023)