Salah satu tujuan road trip kami sekeluarga kemarin ke Jawa Tengah salah satunya adalah ingin melihat sunrise di Dieng. Selain ada urusan juga di daerah Wonosobo juga sih. Karena itu tempat kami menginap di Dieng pun dipilih yang viewnya bisa tepat bisa melihat sunrise tanpa harus keluar dini hari ke Bukit Sikunir atau Bukit Scooter.
Berhubung kemarin sudah masuk musim liburan, kami gagal menambah kamar karena semua villa sudah full booked. Villa Pintu Langit, merupakan villa yang lagi dibahas di sosial media. Pemandangan sunrise yang bikin takjub bisa dilihat hanya selangkah dari depan kamar. Itulah yang melatarbelakangi Aunty booked disini.
Sayangnya di Villa ini ternyata tidak bisa menambah extra bed. Dan satu villa hanya bisa dihuni maksimal 5 orang. Karena sudah DP dan tidak bisa diambil kembali, akhirnya tetap memilih menginap di villa itu. Dan solusinya saya, Mami dan Shanum tidur terpisah di kamar penginapan yang ada di seberang villa tersebut.
Untuk sekedar numpang tidur ok lah. Tidak nyaman sih karena persis di pinggir jalan, jadi lalu lala truk dan mobil yang lalu lalang terdengar sekali. Tapi kayaknya kalau sudah ngantuk cukup bisa tidur. Kamarnya terlalu kecil, apalagi kamar mandinya. Dan hhmm, ketika saya check out saya dapati sprei yang saya tiduri semalam tidak diganti, hanya dirapikan saja. Untung semalam kami bertiga tidur dengan berbalut jaket dan kaos kaki.
Karena kami masuk kamar juga sudah tengah malam, jadi benar-benar hanya beberapa jam ada di kamar itu. Jadi ngga terlalu kami ingat lah pengalamannya atau lebih ke berusaha melupakan. Setelah Azan subuh kami bertiga pun pindah ke villa Aunty untuk menanti munculnya sunrise.
Penantian Menanti Sunrise di Dieng
Pagi itu saya sebenarnya sudah bersiap menyambut suhu udara yang katanya sedang minus di Dieng. Tapi pagi itu pantauan dari pengukuran cuaca di handphone hanya menunjukkan suhu 11-13 derajat saja. Jadi hawa lebih ke sejuk sih menurut saya. Tiba-tiba saya jadi teringat suhu Madinah waktu umroh kemarin.
Aunty sebagai ketua perjalanan kami kemarin memang tidak berencana keluar dini hari ke Bukit Sikunir karena kami baru sampai penginapan jam 12 malam. Kalau harus keluar lagi jam 3 pagi kasian Om Eja yang menjadi single driver kami. Daripada kecapean, jadi kami cukup menikmati sunrise dari depan Villa saja.
Setting handphone dengan tripod di sudut yang terbaik untuk bisa melakukan rekamanan video dalam mode timelapse. Melihat cuaca kok rada mendung ya, sudah agak pesimis ada sunrise tapi tripod tetap standby.
Katanya sunrise muncul sekitar jam 6 an, makin siang ternyata angin makin berhembus kencang dan gerimis rintik-rintik. Waktu pun menunjukkan pukul 6:30 dan fix matahari gagal absen di Dieng pagi itu. Yup, kami batal mengejar sunrise di Dieng di kunjungan pertama kami kesini. Apakah ini pertanda liburan kesini harus diulang?
Di Jembatan kaca yang menjadi spot foto pun terlihat banyak orang yang menantikan munculnya sunrise. Dan tampaknya mereka yang kecewa pun mencoba menghibur diri dengan foto-foto di jembatan tersebut.
Mencari Sarapan ke KM 0 Dieng
Kunjungan ke Dieng kali ini memang singkat banget. Kami cuma punya waktu sampai waktu check out untuk bisa keliling Dieng sejenak. Kami tidak bisa mengunjungi tempat wisata lain karena Aunty ada janji lain menjelang makan siang.
Tidak berniat juga berkunjung ke kawah, karena khawatir asma Aunty kambuh jika harus menghirup udara berbelerang. Jadi kami hanya berputar di sekitar KM 0 sambil mencari sarapan. Udara Dieng yang sejuk merupakan udara yang selalu menjadi favorit saya.
Kami sekeluarga mencari sarapan kaki lima di sekitar KM 0. Dan ternyata di sekitar sini banyak penginapan tipe cabin yang lucu-lucu. Bentuk kabin yang terbuat dari kayu, dengan desain simple berbentuk segitiga atau seperti sangkar burung yang terpisah-pisah. Dari pintu masuk langsung kasur atau ada juga yang bermezanin. Instagramable lah pokoknya.
View dari kabin-kabin itu pun langsung menghadap perkebunan kentang yang terkenal dengan butiran es di daun-daunan karena udaranya yang dingin di pagi hari. Kalau mau lihat fenomena es katanya waktu yang pas adalah berkunjung di sekitar bulan Juni-Agustus.
Dieng, Aku Kan Kembali
Karena kunjungan ke Dieng kemarin benar-benar kurang dan melihat keindahan daerah yang dikenal dengan negeri diatas awan seindah itu saya punya rencana untuk kembali lagi. Pinginnya kembali dengan membawa keluarga dan anak-anak, dan mau sambil hiking ke Gunung Prau.
Jujur saja jiwa alam saya makin penasaran ingin berkunjung ke tempat-tempat wisata lain di Dieng. Bismillah, semoga ada kesempatan lain ke Dieng lagi.
Oh iya, bulan Agustus biasanya akan ada festival Dieng yang selalu ditunggu-tunggu wisatawan. Kalau berencana kesana sebaiknya booking penginapan jauh-jauh hari supaya bisa dapat penginapan yang bagus.