Siap2 membaca surat panjang ini...(*dari emailnya agung)..
SURAT YANG INDAH
Saat ini aku ada di surga, duduk di pangkuan Tuhan.
Tuhan sangatlah mengasihiku dan Ia turut menangis bersamaku.
Ia menangisi hatiku yang telah dihancurkan.
Sebelumnya aku amat diinginkan untuk menjadi seorang gadis kecil.
Aku tak begitu mengerti tentang apa yang telah terjadi.
Aku dulu begitu senang saat aku mulai menyadari keberadaanku.
Aku ada di dalam tempat yang gelap namun nyaman.
Kupandangi jari tangan dan kakiku.
Alangkah cantik diriku dalam masa perkembanganku,
walaupun belum dekat masanya sampai tibanya saat aku telah siap
meninggalkan lingkunganku itu.
Aku habiskan sebagian besar waktuku dengan tidur atau pun berfikir.
Bahkan pada hari-hari terawal hidupku, aku merasakan hubungan istimewa
antara aku dan Mama.
Kadang aku mendengar Mama menangis.
Kadang-kadang Mama berteriak atau menjerit, lalu menangis.
Kudengar Papa balik berteriak, aku merasa sedih dan berharap bahwa
Mama akan segera pulih.
Aku berfikir, kenapa kiranya Mama sering menangis.
Pernah hampir seharian Mama menangis.
Aku turut sedih.
Tak dapat kubayangkan kenapa Mama sesedih itu.
Pada hari yang sama, sesuatu yang mengerikan terjadi.
Monster yang amat mengerikan memasuki tempat yang hangat dan
menyenangkan tempat aku berada.
Aku amat takut dan mulai berteriak, namun tak sekalipun
engkau mencoba menolongku.
Mungkin engkau tak pernah mendengarku.
Monster itu dekat dan lebih dekat lagi, sedang aku
berteriak dan berteriak lagi, “Mama, Mama … tolonglah aku;
Mama, tolong aku”.
Lengkaplah teror yang kualami.
Aku berteriak dan berteriak hingga kupikir aku tak mampu lagi melakukannya.
Lalu monster itu mengoyakkan lenganku.
Amat sakit rasanya, nyerinya tak dapat kuterangkan.
Teror itu tak berhenti.
Oh,betapa aku memohon kepadanya untuk berhenti.
Aku berteriak ngeri saat monster itu mengoyak lepas tungkaiku.
Walaupun aku telah mengalami teror seperti itu, aku
masih sekarat.
Kutahu aku takkan pernah memandang wajah Mama, atau mendengar
Mama berkata kepadaku betapa Mama menyayangiku.
Aku ingin melenyapkan semua air mata Mama.
Kubuat banyak rencana untuk membuat Mama bahagia.
Aku tak bisa; seluruh mimpiku telah buyar.
Walau aku berada dalam nyeri dan kengerian yang hebat, di atas semuanya
aku merasakan nyerinya hatiku yang hancur.
Aku tak mengharapkan sesuatu selain menjadi anak Mama.
Tak ada gunanya lagi kini, aku telah mengalami kematian yang menyakitkan.
Aku hanya dapat membayangkan hal-hal buruk yang telah mereka buat
terhadap diri Mama.
Aku ingin memberitahu Mama sebelum aku pergi bahwa
aku mencintai Mama, namun aku tak tahu kata-kata apa yang Mama dapat mengerti.
Dan segera sesudahnya, aku tak lagi memiliki nafas untuk mengucapkannya;
aku mati.
Aku merasakan kebangkitan diriku.
Aku dihantar oleh malaikat memasuki tempat besar yang indah.
Aku masih menangis, namun sakit fisik kini telah lenyap.
Malaikat itu membawaku kepada Tuhan, lalu meletakkanku di pangkuanNya.
Ia berkata bahwa Ia mencintaiku, dan bahwa Ia adalah Tuhan.
Maka aku gembira.
Aku menanyakan apakah kiranya yang telah membunuhku.
Ia menjawab, “Aborsi. Aku menyesal, anakKu;
sebabAku tahu bagaimana rasanya.”
Aku tak tahu apa itu aborsi; kupikir itu adalah nama dari monster tadi.
Aku menulis untuk mengatakan aku mencintai Mama dan untuk
memberitahu Mama betapa inginnya aku menjadi gadis kecil Mama.
Aku telah berjuang keras untuk hidup.
Aku ingin hidup. Aku punya kemauan itu,
tapi aku tak sanggup; monster itu terlampau kuat.
Monster itu telah menyedot lepas lengan dan tungkaiku, kemudian seluruh diriku.
Tak mungkin untuk hidup.
Aku ingin Mama tahu bahwa aku telah berjuang
untuk tetap tinggal bersama Mama.
Aku tak ingin mati.
Mama, tolong awasi pula si monster aborsi.
Mama, aku sayang Mama.
Dan akujuga tak suka Mama mengalami nyeri seperti yang telah kualami.
Tolong hati-hati.
Dengan Cinta,
Bayi Perempuanmu