Gentle Birth Melalui Operasi Sectio. Kali ini saya ingin menceritakan tentang proses persalinan yang baru satu setengah bulan lalu saya alami. Proses ini maju 10 hari dari HPL yang telah diperkirakan Dr. Hasta (Dokter Kandungan saya). Alhamdulillah usia janin saat itu sudah masuk 39 minggu, sehingga memang sudah layak untuk dilahirkan.
Selama masa kehamilan, tidak ada keluhan yang dianggap cukup berat. Ada masalah dengan Hb (Hemoglobin) saya yang dibawah nilai normal, namun hal itu bisa diatasi dengan 1 kali suntikan penambah darah dan mengkonsumsi ati ayam serta buah bit secara teratur. Hasilnya, lada saat usia kehamilan saya 35 minggu, Hb saya pun dinyatakan sudah normal, berdasarkan pemeriksaan laboratorium.
Kamis, 30 Maret 2017
Seperti biasa saya mengunjungi Dokter Kandungan untuk melakukan kontrol mingguam. Hasil dari kontrol hari itu menyatakan posisi janin sudah mulai masuk panggul, ini pasti berkat senam jinjit dan latihan dasar yoga, dalam hati saya bergumam demikian. Plasenta juga sudah tidak menutupi jalan lahir. Hb pun sudah normal. Dokter Hasta optimis bahwa saya bisa melahirkan normal, meskipun pernah menjalani operasi sectio 7 tahun lalu. Beliau bilang, “kita tunggu mules ya bu, insyaallah bisa”. Mendengar perkataan beliau saya pun optimis.
Kata-kata Mba Mila ketika latihan prenatal yoga minggu sebelumnya juga membuat saya lebih tenang, bahwa kontraksi yang diganti istilahnya menjadi gelombang cinta adalah perjalanan antara ibu dan janin. Atas ijin Allah Allawajalla kita bisa merasakan itu, maka berkomunikasilah dengan janin untuk ikut bekerjasama ketika gelombang cinta itu datang.
Mengajak janin berbicara seperti yang Mba Mila katakan memang sudah biasa saya lakukan, namun entah kenapa mendengar suara lembut Mba Mila, berhasil menambah afermasi positif kealam bawah sadar saya. Selama seminggu setelah pertemuan saya dengan beliau, saya jadi lebih iklas dan tenang. Bahkan mengatakan pada janin saya, “terserah ade mau keluar seperti apa, atas ijin Allah Allawajalla keluarlah dengan sehat wal’afiat begitupun Unda”. Rasanya plong gitu…..
1 April 2017
Tibalah saat Naeema dan Anda harus pergi ke Pontianak karena harus menghadiri acara pernikahan saudara. Sebulan sebelumnya, ketika Anda membeli tiket, saya sedih dan takut jika harus ditinggalkan sendiri. Tapi saat hari itu datang, saya justru lebih santai, bahkan menyarankan mami (mama saya) yang saat itu datang untuk menemani saya untuk pulang kembali ke Depok namun beliau menolak untuk pulang kembali ke Depok.
“Ga tega ninggalin orang hamil sendirian”, begitu katanya.
Siang itu saya menikmati hari Sabtu dikamar sambil menikmati drama Korea “K2” apalagi kaki kanan yang bengkak membuat saya malas pergi kemana-mana. Feeling saya, mungkin besok atau dua hari lagi saya melahirkan. Well…..itu hanya feeling, mungkin usaha saya menghibur hati hehehe. Oh iya, siang itu saya juga sempat merapikan kembali koper yang akan saya bawa jika gelombang cinta itu datang ke rumah sakit. Didalamnya ada baju saya, mami dan bayi (padahal seharusnya ga perlu, cuma pengen bawa aja). Sambil saya bicara ke janin, “de, bajunya udah dimasukkan kekoper, kapan ade mau keluar udah siap nih.”
Siang itu saya juga merasakan mules, tapi menurut saya bukan kontraksi, seperti mules mau pup…eh tapi apa itu kontraksi palsu ya?? Sore hari mules itu hilang. Jadi saya beranggapan mungkin karena kemarin malamnya terlalu banyak makan pedas.
Malam itu saya mengajak mama tidur dikamar. Kami masuk kamar tidak terlalu malam, mama langsung terlelap sedangkan saya masih asik dengan drama Korea dan menikmati kegantengan Ji Chang Wook . Jam 11:30 malam saya terbangun karena ingin BAK, keadaan masih normal dan seperti biasa saya kegerahan meskipun AC kamar sudah di angka 18 derajat.
2 April 2017
Inilah puncak dari drama persalinan saya.
Jam 1:30 Dini hari
Tiba-tiba mata saya terbelalak dibarengi dengan pecah dan mengalirnya cairan dari vagina. Dua kali dorongan cairan dan saya langsung membangunkan mama minta tolong dinyalakan lampu.
“Mi, sepertinya mau lahiran”.
Daster hitam yang saya kenakan membuat saya sulit melihat warna cairan yang keluar. Ditambah saya langsung memiringkan badan agar cairan tersebut tidak mengotori kasur. Tangan saya meraba kebawah bantal mencari handphone untuk segera mengorder taksi online. Qadarullah, handphone ada didekat saya, biasanya selalu ada di luar kamar.
Mami pun kaget setelah menyalakan lampu dan kemudian loncat dari tempat tidur. Sambil lalu langsung mencari baju ganti yang lebih layak untuk segera ke rumah sakit, beliau panik, saya tau itu. Saya berikan arahan untuk menyiapkan koper yang sudah kita packing bersama tadi siang. Sementara itu, saya tidak merasakan mules atau sakit apapun.
Order saya langsung diterima pengemudi Uber, taksi online yang saya pilih malam itu. Saya pun bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar. Sedikit panik ketika saya berdiri didepan pintu kamar, ada cairan yang mengalir cukup banyak dan ketika saya lihat itu adalah darah segar.
“Astagfirullah, Ma…..darah, ini apa, kenapa?”
Sejenak saya berkomunikasi pada janin, karena merasa tidak adanya gerakan.
“Ade kenapa? Ade sabar ya….baik-baik didalam sana”
Tidak lupa saya meminta pada yang Maha Memiliki Segalanya. Supaya diberikan kekuatan kepada saya dan janin untuk menjalani ini semua. Saat itu saya hanya minta, berikan kesempatan janin saya untuk hidup dengan sehat wal’afiat. Dan berikan saya ketenangan untuk menjalani ini semua.
Qadarullah ini adalah gelombang cinta yang memang harus saya jalani. Alhamdulillah dalam hitungan detik, oksigen mengalir keotak saya sehingga bisa cukup tenang ditengah pendarahan yang saya alami. Seketika darah pun berhenti mengalir. Saya bisa berpikir kembali langkah-langkah yang harus saya lakukan untuk sampai ke rumah sakit.
Berusaha menghubungi Anda, berdoa semoga dia bisa mendengar dering telepon ditengah tidur nyenyaknya. Panggilan pertama saya tidak terjawab….justru kemudian panggilan supir Uber yang masuk mengkonfirmasi alamat saya. Butuh waktu 5 menit yang menurut saya terasa lama untuk beliau sampai kerumah. Kemudian ada panggilan balik dari Anda, saya sampaikan yang terjadi dan dia meminta saya untuk tetap tenang. Iyalah…harus tenang, walau mungkin suara saya terdengar masih panik.
Mami sendiri masih sangat panik, saya berikan arahan pada beliau apa saja yang harus dibawa. Sementara saya berdiam diri didepan pintu kamar, khawatir darah mengalir lagi. Saya minta tolong Mami untuk mengambil baju ganti, kain jarik untuk saya pakai dibadan bagian bawah, tas, dan juga perlak yang saya pakai duduk selama didalam taksi online. Iya…dalam kondisi seperti itu saya masih memikirkan bagaimana supaya mobil yang saya tumpangi tidak kotor oleh darah saya.
Kami berdua sudah siap, AC sudah dimatikan, sambil mama masih mengecek semuanya didalam rumah, saya buka gembok pagar dan menunggu uber didepan rumah. Hhmm….5 menit berdasarkan aplikasi itu terasa lama sekali. Sambil menunggu, saya berusaha membangunkan tetangga sebelah rumah, sebagai opsi jika ternyata uber yang saya pesan tak kunjung datang. Tapi tampaknya saya belum beruntung, tetangga sebelah rumah tidak berhasil saya bangunkan. Belakangan menurut beliau, karena baru tertidur jam 12:30, jadi baru terlelap dan baru masuk ke alam mimpi sepertinya. Beruntung, tak lama uber yang saya order pun datang. Saya dan mami langsung masuk ke dalam mobil.
Bapak supir dengan ramah menyambut kami. Saya langsung menginformasikan tujuan kami. Saya juga memberikan arahan untuk mengemudi agak cepat namun tetap aman dan menghindari jalan berlubang. Saya katakan bahwa saya mau lahiran. Terdengar suaranya sedikit kaget mendengar penumpangnya mau lahiran, alhamdulillah beliau tidak menolak untuk mengantarkan saya ke rumah sakit. Beliau bilang sudah berpengalaman membawa istrinya melahirkan tiga kali.
Beliau adalah Bapak Purwandono yang membawa saya malam itu. Jazakallah khair ya Pak, terima kasih tidak menolak saya malam itu dan mengantar saya dengan selamat. Maaf saya lupa memberikan tips, karena ternyata saya lupa menyimpan uang cash ditas.
Jam 02:00 dini hari
Saya diterima oleh dua bidan VK. Selain memikirkan janin, saya juga khawatir dengan Mami. Dibalik sikap tegar beliau, saya tau beliau shock dan takut.
Bidan VK yang bertugas juga kaget begitu tau yang keluar adalah darah segar dan bukan ketuban. Bidan satu langsung memasang alat CTG ke perut saya untuk mengecek gerakan janin dan detak jantung. Sementara bidan satunya lagi berkoordinasi dengan Dokter Hasta. Tekanan darah saya seketika cukup tinggi 140/90. Ini karena shock yang saya alami sepertinya.
Baca Juga: Prenatal Yoga
Semakin tenang ketika saya sudah ditangani oleh tim medis. Sisanya saya ikut kehendak Allah Allawajalla. Sambil menunggu observasi dan koordinasi dilakukan dalam hati saya membaca berbagai macam doa yang saya bisa, dari mulai zikir, Ar-Rahman, salawat….semua saya baca dalam hati untuk lebih tenang. Sesekali saya buka handphone untuk berkoordinasi dengan Anda, mengirimkan pesan melalui whatsapp ke teman dekat untuk memberi kabar dan memohon doa, dan sesekali juga instastory (well….yang ini sih ga penting banget).
Jam 03:00 dini hari
Bidan VK mendapatkan intruksi dari Dokter untuk segera menyiapkan operasi. Mengingat gerakan janin saat itu lemah namun detak jantung masih bagus. Menurut saya, jam segitu ade bayi sedang tidur sih. Tapi mengingat saya tidak merasakan mules, induksi pun tidak disarankan karena pernah sectio sebelumnya. Dan saya juga mengharapkan yang terbaik asal kami berdua selamat. Saya pun dengan sadar menyetujui untuk diambil langkah tersebut.
Hasil tes darah saya langsung drop, semula Hb sudah normal tapi malam itu langsung turun menjadi 8,8. Dibutuhkan 3 kantung darah untuk ditransfusi kedalam tubuh saya. Alhamdulillah darah yang sesuai dengan golongan darah saya ada di PMI pusat. Sementara itu, darah masih mengalir dan underpad pun telah diganti 2x karena darah yang mengalir cukup banyak.
Jam 03:45 dini hari
Jadwal tindakan operasi sectio saya sudah ditentukan yaitu jam 07:00 pagi, yang kemudian dimajukan lagi menjadi jam 06:30. Itu berarti Anda yang sudah mendapatkan tiket pulang pada penerbangan pertama tetap tidak bisa mendampingi saya ketika tindakan dilakukan. Sejak itu saya dianjurkan untuk berpuasa. Bagian administrasi bolak-balik menanyakan kelengkapan data dan mengajukan beberapa pertanyaan terkait BPJS dan lain sebagainya. Ternyata jika kita tidak menggunakan BPJS harus ada surat yang ditandatangani bahwa memang keinginan sendiri untuk membayar secara pribadi dan tidak akan mengubah jenis pembayaran dikemudian hari.
Jam 06:30
Waktu berjalan dengan cepat, akhirnya tiba waktu saya untuk dioperasi. Masih terlihat kecemasan di wajah Mami. Saya….berusaha tenang, hanya nervous membayangkan dinginnya kamar operasi (pengalaman operasi sectio pertama 7 tahun yang lalu).
Perawat OK, Dokter Anastesi sudah siap didalam ruangan. Dokter Hasta….masih dalam perjalanan katanya. Dokter Anastesi mengajak saya bicara dengan mengajukan beberapa pertanyaan sambil mungkin mencairkan ketegangan saya. Menjelaskan tentang anastesi, apa efeknya setelah pemberian dan setelah efeknya hilang dijelaskan dengan cukup jelas oleh beliau.
Operasi pun dimulai ketika Dokter Hasta dan Dokter Kandungan pendamping datang (saya lupa namanya siapa). Seketika saya seperti berada didalam scene drama korea seperti The Good Doctors, Doctors Stranger dan lainnya yang memiliki latar belakang medis. Okeh….ini sedikit ngaco memang. Oh ya…saya masih sadar, hanya tubuh saya tidak merasakan sakit namun tetap bisa merasakan sentuhan.
Terjadi percakapan antara dua Dokter Kandungan itu, sekilas yang saya pahami adalah jahitan saya yang pertama mengalami kelekatan alias lengket. Berkali-kali Dokter Hasta bertanya dimana saya melahirkan pertama kali.
“Koq bisa ya sudah 7 tahun masih lengket.” itu kalimatnya yang dilontarkan ke pendampingnya.
Kesulitan beliau membuka perut saya bisa dirasakan. Itu bisa dillihat lampu operasi yang ada diatas saya. Melihat lampu operasi dari arahan dari Dokter Anastesi ketika beliau memberikan suntikan epidural.
Alhamdulillah meskipun dengan usaha yang tidak sebentar, Dokter Hasta dan Tim berhasil mengeluarkan bayi saya pada pukul 07:05. Saya bisa melihat dia dibersihkan dan diperiksa oleh Dokter Anak. Baru kemudian dilakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) hanya sebentar. Tapi ade bayi sudah bisa mengisap puting saya dengan kencang. Saya menciumnya berkali-kali. Dalam hati tak berhenti saya berucap Alhamdulillah…betapa Allah Allawajalla menyayangi saya.
Rasa syukur, lega dan tenang membuat saya terlelap seketika. Saya lupa kalau darah yang harus ditransfusi ke saya belum juga tiba, yang terpenting kewajiban saya bertahan sampai bayi saya lahir sudah saya lakukan. Kewajiban saya melahirkan keturunan suami sudah saya laksanakan. Selanjutnya saya pasrah kepada kehendak Illahi robbi.
Dan saya pun terlelap………….
Gentle Birth
Apakah saya berhasil menjalani Gentle Birth seperti impian saya? Jika menurut yang saya baca….iya, saya berhasil menjalani proses persalinan sectio dengan gentle birth.
Gentle birth berasal dari kata gentle yang artinya kelembutan, sedangkan birth artinya kelahiran. Jadi gentle birth dapat diartikan sebagai suatu proses persalinan yang penuh dengan kelembutan dan ketenangan dan memaksimalkan semua unsur alami dalam tubuh seorang manusia.
Gentle Birth seyogyanya bukanlah soal melahirkan secara normal dan tanpa intervensi medis apapun. Gentle Birth memiliki konsep tentang persalinan yang merupakan proses alamiah namun bukan berarti bebas dari resiko. Konsep gentle birth adalah perpaduan harmonis antara mekanisme alam, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi medis yang saling melengkapi. Ada tiga pilar dalam gentle birth yaitu spiritual, art dan medical science ketiganya harus seimbang dan beriringan. Gentle birth adalah soal keselarasan, harmonisasi dan damai. Gentle birth bukan anti intervensi medis apapun.
Qadarullah saya menjalankan proses itu dengan sadar dan damai. Alhamdulillah…..
gk kebayang ya mba,,,mau oprasi sempet buat nulis artikel,,,hihihihi
Nulisnya sih setelah prosesnya Mba, hehehe
Instastory sih tetep hehehe
Proses melahirkan sang buah hati memang selalu memiliki banyak cerita menarik ya. Senang sekali mbak bisa melahirkan sang buah hati dengan selamat dan sehat.
Alhamdulillah…terima kasih doa nya Mba.
Aku baru tahu kalau gentle birth itu ga khususon untuk persalinan normal dan kalau memang konsepnya seperti itu aku setujuuuu sekali bahwa C-section juga bisa dilakukan dengan gentle. hihi thank you sharingnya mbak Desy dan selamat atas kelahirannyaaaaa
Makasih ya put….
Iya, ternyata Gentle Birth itu banyak macamnya bahkan breasfeeding
Mbak Dessy, aku bacanya deg2an banget. Alhamdulillah yaa dedek udah lahir dengan selamat. Iya setuju, gentle birth bisa dengan jalan apapun, yang penting dedek lahir penuh cinta & kasih sayang 🙂 sehat2 yaaa busui & babynyaaa
Gentle birth ternyata macam2, ada Gentle Breastfeeding juga Mba Tian
Alhamdulillah Shanum & Unda jg sehat selamat walafiat yaa…
Tiap pengalaman melahirkan menurut aku uni & ngga ada yg sama, one of a kind… Itu jaitannya masih lengket itu gimana ceritanya Des, penasaran juga soalnya dah 7thn kan ya…
Wahh mba…kamu hebat bgt. Tenang bgt trus masih sempat foto2 and instastory lagi. Trus baru juga lahiran sdh bisa kemana2
Tegang amat aku yg baca, alhamdulillah happy ending. Oiya soal gentle birth emg masih jd kerancuan ya, orang2 pikir ini lahiran ala mba Andien itu aja
Mba Deeees… aaah teganggg bacanya. Alhamdulillah turut bahagia ya mba. Gentle birth di depok ada ga ya mba des kelasnya? Kepikiran juga pgn cobain. Masih kebayang lahiran pertama yang terlalu tegang T_T
Entah kenapa aku kalau baca artikel soal melahirkan ini, lebih sering terharunya, terlepas dari prosesnya normal ataupun sectio. Btw mbak Dessy, aku kan udah gabung di grup Gentle Birth itu tapi aku butuh panduan yang lebih lengkap. Kira-kira ada nggak buku yang menggambarkan Gentle Birth ini secara lengkap? Terima kasih.
Bacanya sambil ikut deg2an nih mbak Des, alhamdulillah ya dedeknya Naeema lahir dengan selamat dan sehat.
Alhamdulillah lahir dengan selamat yaa Mbak Desyy…
Astaga nonton K2 ga merasa pengen mbr*jol mbak, secara berantem terus filmnya hehehe.
Alhamdulillah mbak, sehat selamat sukses melahirkan yaa… Aku yg baca serasa lg nonton drama korea juga jadinya heheh. Gentle birth meliputi semua proses melahirkan yah, mau normal atau operasi pun bisa yg penting dipersiapkan fisik dan ruhiyahnya… Makasih mbak sharingnya, jadi belajar lagi nih..
aku bacanya sambil ngilu2 juga pas bagian mba desy ceritain darah segarnya ngalir banyak.. ikut deg2an juga jadinya hehe alhamdulillah diberikan kelancaran dan ketenangan ya mba dalam proses bersalinnya 🙂
Aku dulu gentle birth normal, tapi tetep kudu punya dokter rujukan kalau sewaktu-waktu harus SC.. sayangnya masih banyak yang ngira kalau GB itu kudu normal, jadi udah pada sensi duluan kalau denger GB, hehehe.
Baca ini aku ikutan ngilu mba… Apalagi pas yg darah keluar.. Jd inget dulu lahiran :(. Aku semuanya ngelakuin dgn SC sih.. Tp krn dr awal memang maunya SC , jd ga nunggu sampe mules juga.. Asal wktnya udh pas , ya lgs dipersiapin operasinya.. Tapi tetep kalo dgr ato baca ttg lahiran, masih kebayang ngilu2nya :D. Alhamdulillah semua lancar ya mbaa.. 🙂
Ini yang dinamakan manusia hanya bisa berencana and in the end Allah SWT yang menentukan.
Kalo pengalaman saya dulu melahirkan normal semua. Sempat ada “show” bercak darah saat mau melahirkan. Dan kesemua anak saya lahirnya maju 1 minggu dari HPL hehe
Alhamdulillah, emang plooong bgt ketika lihat debay ya mba.
Yg penting konsepnya ya mba, selamaat mbaa
Alhamdulillah, selamat ya atas kelahirannya semoga jadi anak sehat dan cerdas… Saya juga baru lahiran 2 minggu lalu, cerita Mbak hampir sama dengan saya, melahirkan secara gentle birth, boleh banget baca pengalaman saya ya Mba heheh salam kenal^^
Teori dan pengetahuan saja tidaklah cukup, mari pelajari berbagai ketrampilan praktis serta lengkapi dengan layanan penunjang yang menjembatani filosofi Gentle Birth ke dalam aplikasi langsung dalam kehamilan, persalinan dan parenting.