Setiap saat selalu saja ada ajakan dadakan dari Hiking Buddies saya Mba Fithri Maya yang kali ini ngajakin saya hiking ke Gunung Ciung yang ada di Sentul. Senang deh begitu tahu bahwa banyak rute hiking yang masih bisa saya explorasi bersama dengan teman-teman. Apalagi kalau mau nanjak tipis-tipis sebelum ke Gunung beneran.
Untuk menuju ke pintu masuk atau basecamp Gunung Ciung yang ada di Km 0. Rutenya dari kawasan perumahan sentul, belok arah KM 0, kemudian sampai plang Restoran Gaya Rimba, belok kiri dan lurus terus sampai bertemu dengan Mushola yang jadi satu dengan loket pembayaran. Lebih tepatnya berada di Kampung Curug, Desa Bojong Koneng Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor.
Untuk tiket masuk ke kawasan Gunung Ciung ini adalah ada dua tarif:
- Tarif Trekking: 15 ribu per orang
- Tarif Camping: 30 ribu per orang. Dan untuk campground nya di area Check Point 1.
Sementara untuk anak-anak dibawah 7 tahun belum dikenakan biaya alias gratis ya.
Rute Gunung Ciung yang Family Friendly
Awal memasuki jalur trekking kita akan disuguhkan dengan jalan tanah merah dan bebatuan yang cukup lebar. Pemandangan yang sungguh berbeda dari Puncak kuta, dan rute curug lainnya.
Sekitar 1 km, ada tanah lapang di sebelah kiri dengan view yang Masya Allah bagusnya. Di sebelah kiri bisa melihat gunung salak sementara di sebelah kanan bisa melihat pemandangan kota dari atas. Disini bisa dijadikan spot foto loh, baguslah pokoknya. Tergantung angle ya, hehehe.
Tidak hanya jalanan tanah lebar bebatuan dan diapit dengan perkebunan singkong, sejauh kurang lebih 2 km kita akan memasuki melalui undakan tangga yang lumayan panjangnya. Di dekat sini ada tujuan wisata lain yaitu Lembah Kaliandra yang juga sedang dikembangkan terus oleh pengelolanya. Jika ingin piknik dan bersantai dengan anak-anak cocok disini.
Memasuki area yang lebih menantang adalah area perkebunan durian dan nangka. Dimana kita akan melewati anak tangga cukup panjang. Bagi yang punya kelemahan dengan lutut area ini pastilah sangat dibenci. Naik terus sampai akhirnya kita sampai di check point 1 yaitu di ketinggian 720 Mdpl.
Kebetulan karena trekking kami di weekday jadi tidak ada orang yang camping di check poin 1. Bahkan warung yang biasa buka pun tutup. Saya hanya bisa mendokumentasikan kompor tradisional yang menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya.Dan ada area saung yang biasanya digunakan tempat makan atau tempat berkumpul.
Maju lagi sedikit ada pelataran yang dijadikan sebagai tempat spot foto. Kita bisa melihat pemandangan yang indah sekali. Disini kami manfaatkan untuk beristirahat sejenak. Karena rencananya kami akan naik terus sampai ke puncak gunung ciung. Masih sekitar 30 menit lagi untuk sampai ke puncak.
Tanjakan yang Aduhai
Untuk menuju puncak kita harus melalui jalur yang cukup terjal. Ditambah dengan tanah yang berpasir sehingga membuat kita harus extra hati-hati. Jalur nya cukup kecil, hanya cukup untuk satu orang naik dan satu orang turun.
Ada beberapa tanjakan yang kurang pohon untuk kita berpegangan. Ada juga beberapa tanah yang licin sehingga harus benar-benar mencari pijakan yang pas. Dan yang membuatnya tambah menantang adalah saya mulai menguap terus, itu menandakan bahwa pasokan oksigen saya mulai berkurang. Akibat kurang tidur di malam harinya jadi begitu deh.
Penting banget untuk menjaga waktu tidur sebelum kita trekking ya!
Okeh, mari kita pelan-pelan saja naiknya. Tim belakangan lagi yang penting sampe. Begitu Mba Fith dan Bu Ade teriak kalau sedikit lagi, saya mulai punya energi lebih. Dan Masya Allah meski puncak Gunung Ciung hanya 950 Mdpl tapi pemandangannya luar biasa. Ditambah dengan hembusan angin yang lumayan membuat adem suasana.
Sambil beristirahat sambil Mba Fith bersiap untuk menerbangkan drone nya. Kunjungan ke Gunung Ciung salah satunya memang ingin mengambil drone shoot sambil latihan menjadi pilotnya. Kalau udah begini, saya yang senang soalnya saya jadi boleh pakai footagenya juga untuk konten, hehehe.
Setelah kurang lebih 30 menit beristirahat kami pun turun kembali. Tidak lewat jalur naik tadi, tapi memilih jalur yang lebih landai dan tidak licin demi keselamatan. Dan Alhamdulillah memang lebih enak sih jalurnya.
Rencana awal kami akan mampir ke Curug Panyantelan, setelah hampir setengah perjalanan kami lebih tergoda ingin makan indomie telor pakai cabe rawit. Ditambah lagi suasana sudah cukup mendung, dari pada sampai curug hujan jadilah kami turun kembali dan menuju ke Lembah Kaliandra.
Jujur aja saya penasaran dengan Lembah Kaliandra ini karena melihat konten katanya lembah ini Kids friendly. Alhamdulillah jadi bisa survey dulu sebelum ngajak anak-anak kesini. Cerita tentang Lembah Kaliandra ini akan saya ceritakan kemudian ya.
Kesimpulannya trekking ke Gunung Ciung ini saya rekomendasikan bahkan untuk pemula sekalipun. Mirip-mirip lah dengan Bukit Paniisan ya. Bahkan jalurnya lebih “pedes” ke Paniisan deh.
Kapan nih mau main ke Gunung Ciung bareng saya, yuk!