#usiacantik, Blog Competition, Perempuan, Upclose & Personal, Blogger Perempuan,

Sumber: Facebook Ibu Nola

Panggilannya adalah Ibu Nola, beliau adalah atasan di tempat kerja saya yang terakhir di Departement HR&GA. Bagi sebagian orang yang mengenalnya, mungkin dia dikenal sebagai perempuan yang kurang memiliki empati, dikenal tegas galak dan cerewet. Itulah hal-hal yang sering saya dengar ketika pertama kali bekerja disana. Tapi, saya tidak ingin kesan pertama mempengaruhi dan membatasi penilaian saya terhadap beliau. Saya harus tetap membuka diri, agar bisa terjalin kerjasama yang baik dengan beliau.

Kemudian apa yang saya dapati kemudian adalah…tentu saja stress….,bekerja bersama beliau dituntut harus memiliki proses adaptasi yang cepat, kerja cepat dan akurat. Mungkin yang saya rasakan setahun lalu itu sama seperti yang dirasakan oleh pejabat-pejabat DKI Jakarta ketika berada dibawah kepemimpinan Ahok saat ini. Dituntut untuk berlari, dan jangan sampai jatuh (maksudnya tersandung masalah).

Menakutkan, tentu saja? Tetapi Alhamdulillah proses adaptasi terberat selama hampir dua bulan akhirnya bisa saya lewati. Memasuki bulan ke-2 kami menemukan pola yang tepat untuk berkomunikasi yang pas untuk kami masing-masing. Dimulai dari komunikasi formal (pekerjaan) sampai komunikasi non-formal (pergaulan sehari-hari). Bu Nola, adalah atasan sekaligus teman yang bisa diajak berbagi. Bahkan tentang hobby seperti nge-blog juga kami bicarakan.  Beliau tidak sungkan jika harus bertanya kepada saya mengenai hal yang memang tidak dia kuasai. Itu lah kemudian yang membuat saya cukup nyaman bekerjasama dengan beliau.

#usiacantik, Blog Competition, Perempuan, Upclose & Personal, Blogger Perempuan,

Bersama Tim HR&GA dan Sekretaris

Jika komunikasi sudah terjalin dengan baik, kemudian yang saya dapatkan adalah ilmu yang tanpa sengaja beliau tunjukkan dalam kesehariannya. Bukan berarti beliau sempurna, tapi ada baiknya kita ambil positif dan kembangkan sesuai diri kita sendiri. Sedangkan negatifnya silakan menjadi milik beliau saja.

Kesamaan kami berdua sebagai seorang ibu bekerja membuat saya belajar banyak hal dari beliau,  misalnya:

1. Multitasking

Beliau selalu bilang, perempuan itu harus bisa multitasking. Harus bisa menjalankan beberapa pekerjaan sekaligus. Mengontrol rumah tangga dari jarak jauh, maksudnya dari kantor. Sementara itu dikantor harus tetap fokus pada tugas-tugas yang diberikan oleh atasan.

2. Delegasi

Bukan berarti semua harus dilakukan sendiri. Tapi berikan tugas-tugas yang bisa dipercayakan kepada orang lain sementara kontrol tetap ada pada kita. Ini berlaku baik dirumah maupun di kantor. Jika dirumah kita punya asisten rumah tangga, berikan tugas-tugas yang memang bisa dikerjakan oleh seorang asisten rumah tangga, tentu saja harus dikontrol. Sementara dikantor bekerjasama dengan rekan kerja dan menjalin komunikasi yang baik akan lebih memudahkan kita dalam bekerja.

3. Organize

Kalau sudah banyak urusan pasti ada saja yang terlupakan. Karena itu penting sekali bagi kita mencatat hal-hal apa saja yang harus dilakukan lebih dulu dan bisa dilakukan kemudian. Buat daftar to-do-list dan mengklasifikasikan tugas-tugas  sesuai dengan tingkat urgensi nya. Ini penting, agar tidak stress karena banyak pekerjaan menumpuk.

4. Kalau bisa sekarang, kenapa harus nanti?

Kebiasaan menunda pekerjaan pasti tidak bisa jauh dari kepribadian kita masing-masing. Itulah yang kemudian perlu di ubah, jika pekerjaan itu bisa dilakukan sekarang sampai selesai, kenapa harus ditunda-tunda. Hal ini perlu konsistensi dan komitmen dalam diri sendiri deh.

5. Jangan Baper (Terbawa Perasaan)

Perempuan katanya selalu menggunakan 99% perasaannya dan 1% otaknya. Jadi jangan heran jika  kita, para perempuan seringkali sensitif tanpa sebab berarti. Ibu Nola dianggap kurang empati loh kadang-kadang. Ini disebabkan beliau mencoba untuk tidak tenggelam dalam perasaan kewAnitaannya yang akhirnya bisa membuat dia mengambil keputusan yang salah. Posisinya sebagai Manager HR&GA kala itu membuatnya harus berpikir logis dan netral agar tidak memihak kepada salah satu pihak mana pun. Bukan berarti ini mudah bagi beliau, ini pasti sulit. Biar bagaimanapun beliau juga seorang perempuan dan juga ibu. Tetapi, beliau selalu  bisa menutupinya agar tidak tampak kegalauan dari raut wajahnya.

Rasanya hal ini juga harus dicontoh, agar kita tidak terlalu terbawa perasaan ketika ada hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Apalagi jika ada kritik yang datang kepada kita, jangan sampai baper dan lupa instrospeksi diri. Itulah Ibu Nola yang selalu terbuka untuk komunikasi bahkan dikritik sekalipun. Tapi bukan berarti dia tidak boleh membela diri atau memberikan penjelasan kenapa dia mengambil tindakan tersebut.

Jika flashback ke masa setahun yang lalu, itu berarti usia beliau adalah 39 tahun. Sudah masuk usia cantik, dimana kadang-kadang performa menurun karena faktor psikologis. Tapi tampaknya hal ini tidak berlaku untuk beliau. Memiliki 2 anak laki-laki dengan kepribadian yang berbeda justru membuat energi nya tetap maksimal. Ukuran tubuhnya yang curve tidak membuatnya rendah diri. Bahkan seolah beliau menonjolkan daya tariknya yang lain yaitu melalui hasil kerja, pergaulan dan lain sebagainya. Baginya usia adalah angka, jiwa harus tetap muda , semangat meraih mimpi, dan menikmati hidup.

Estetika, Beauty, Health, Tourism, Kesehatan, Kecantikan, Event International, Event Dalam Negeri, Seminar, Worksop

Berlibur bersama suami ke Eropa (Sumber: Facebook Ibu Nola)

Dengan kesibukannya dirumah dan dikantor tidak membuatnya lupa untuk melakukan perawatan diri. Baginya yang terpenting adalah perasaan bahagia dan bersyukur yang merupakan kunci kecantikan alami. Itulah mungkin yang membuatnya tetap awet muda dengan kulit yang juga tetap kencang, meski usia sudah mau memasuki 40 tahun. Makin kesini, saya melihat beliau sangat menikmati hidupnya dengan segala problematikanya. Beliau bilang, “ga usah stress, ga menyelesaikan masalah”. Kayanya itu ga mungkin dijalanin, apalagi bagi kita yang suka baper. Tapi kalau mindset kita bilang tidak stress maka kita tidak akan stress.

Setahun bekerja bersama beliau mengubah saya yang kadang pesimis ini menjadi pribadi yang optimis. Karena bagi beliau “Nothing is Impossible” jangan menjadikan kekurangan sebagai pengecualian kita untuk tidak mencapai tujuan. Jika kita FOKUS maka semua itu pasti mungkin. Itu lah yang sampai sekarang saya ingat. Pola-pola kerja yang muncul ketika bekerjasama dengan beliau tetap saya pertahankan sampai sekarang dikehidupan saya sebagai freelance ini. Thanks for the lesson ya Bu. Nice to know you ^_^.


signature-desy