Siapa bilang ke Bromo ga bisa bawa bayi? Alhamdulillah wisata ke Bromo bersama bayi yang kami lakukan Januari lalu berjalan lancar.
Alhamdulillah akhirnya Januari 2018 yang lalu kami sekeluarga berhasil wisata ke Bromo. Setelah keinginan ini tertunda lebih dari 4 tahun lamanya. Dulu selalu ragu-ragu kesana karena usia Kaka Naeema yang masih kecil. Ngga tega aja dengan Bromo yang katanya dingin banget ditambah lagi harus pergi dini hari jika ingin mengejar matahari terbit.
Eh koq ya malah rejeki itu datang saat Shanum usia 9 bulan. Ya rejeki materi, keberanian dan situasi yang mendukung kami sekeluarga untuk wisata ke Bromo di Januari 2018 yang lalu. Awalnya memang sempat ragu-ragu karena kondisi Shanum yang masih sedikit pilek juga kondisi Naeema yang juga tidak jauh berbeda. Sudah pasrah saja, bahkan di kunjungan kami ke Malang yang ke 4 kali ini batal lagi wisata ke Bromo. Biarlah mungkin belum rejeki saya.
Tapi alhamdulillah Bapak Suami menguatkan hatinya untuk sedikit nekat membawa kami sekeluarga wisata ke Bromo. Akhirnya saya pun menentukan pilihan vendor mana yang kami pilih untuk menemani kami wisata bromo secara private. Jika dilihat dari sehi harga, rata-rata vendor tersebut menawarkan harga yang tidak jauh berbeda. Dan berikut ini kisaran harga paket wisata ke bromo yang saya pilih adalah private tour Batu-Bromo (PP) 1,6 juta rupiah, harga tersebut sudah termasuk:
- Penjemputan dengan mobil Inova dari Batu – Wonokitri (base camp Jeep)
- Naik ke Gunung Bromo dengan Jeep (maksimal 6 orang/jeep)
- Uang bensin
- Fee driver Inova & Jeep
- Tiket masuk ke Gunung Bromo (35 ribu/orang) kami bayar untuk 5 orang, sementara Shanum masih gratis.
- Termasuk ke beberapa titik wisata di Bromo (Love Hills, Pura, Kawah, dan Bukit Teletubbies)
Jika menggunakan mobil Avanza harga sekitar 1,5 juta rupiah dengan paket seperti diatas.
Pilihan untuk dijemput di villa kami di Batu rasanya sudah sangat tepat. Karena jam keberangkatan adalah sekitar jam 24:00. Bapak Suami memilih disupiri karena khawatir matanya sulit diajak kompromi alias ngantuk. Belum lagi resiko waktu perjalanan yang lebih lama karena kami harus membaca google map digelapnya malam. Duh ga kebayang deh, yang ada belum sampe Bromo udah senewen duluan hehehe.
Koq malam banget dijemputnya?
Iya, supaya bisa mendapat parkiran jeep sedikit keatas lebih dekat dengan Love Hills, sehingga kalau pun jalan kaki tidak terlalu jauh. Tapi kalau malas jalan kaki diwaktu dini hari itu sih banyak ojek juga koq. Diantar keatas dengan membayar 20 ribu rupiah. Jarak dari parkiran saya dengan Love Hills waktu itu sekitar 1km. Dan karena sambil gendong Shanum yang masih tidur jadilah kami memilih untuk menyewa ojek. Demi cepat sampai karena pagi itu hujan gerimis.
Baca Juga: Menikmati Dinginnya Kota Batu
By the way berangkat dari Batu sekitar jam 1, kami pun tiba di pangkalan jeep di daerah Wonokitri sekitar jam 3-an. Begitu tiba di pangkalan Jeep angin bertiup membawa udara dingin tanpa basa-basi menusuk hingga ke tulang kami. Naeema sudah memakai jaket nya, Anda juga sudah, Mami apalagi sudah 4 lapis dan Shanum yang sudah memakai baju 3 lapis kami langsung pakaikan jaket tebalnya. Shanum masih nyenyak tidur meskipun jeep sudah dipanaskan dan suaranya memecah keheningan malam.
Perjalanan menuju Love Hills ditemani dengan hujan gerimis malam itu. Untung jeepnya tertutup rapat sehingga kami masih merasa hangat didalam mobil. Sudah bekal teh manis hangat di termos kecil, persediaan kalau-kalau Kaka Naeema merasa terlalu dingin. Kalau terlalu dingin biasanya dia bersin-bersin dan langsung pilek, begitu juga Anda. Mami selalu siap dengan roti-rotian agar tidak terlalu lapar. Shanum, tenang….masih pules dalam dekapan saya. Mungkin dia justru merasa nyaman karena pas dengan udara dinginnya.
Oh No, ketika Jeep kami sampai di Love Hills antrian parkiran sudah padat.
Emang ada parkiran?
Ya itu, parkirnya dipinggir jalan menuju Love Hills.
Ternyata rombongan jeep komunitas pecinta bromo sedang touring, sehingga semakin padat saja. Gerimis pun turun dan angin cukup kencang. Anda milih untuk naik ojek sampai dengan Love Hills supaya cepat sampai. Naik ojek pun ternyata antri, karena jalanan sudah padat dengan jeep dan pejalan kaki yang lainnya. Alhamdulillah gerimis deras begitu kami sampai di tangga menuju Love Hills, kami pun langsung memilih warung tempat untuk berteduh. Oh iya, disini kita akan melihat matahari terbit yang kalau tidak tertutup kabut Subhanallah indahnyaaaaa luar biasa.
Mami memutuskan untuk menunggu di warung sambil minum teh. Saya jadi bisa titip Shanum deh. Rasanya saya juga ga sanggup naik tangga yang curam itu sambil gendong Shanum, lagipula gerimis dan angin pun kencang.
Yang paling saya suka disini, napas saya berasap hahahhaa…..norak banget sumpah deh. Finally ga harus ke eropa sana, di Indonesia saya bisa merasakan napas saya berasap, Naeema juga senang sekali.
Jam menunjukkan 5:30 waktu setempat tapi kabut masih saja menutupi pandangan kami. Sementara itu angin semakin kencang, kami memutuskan untuk kembali ke warung. Shanum, masih terlelap tidur dalam dekapan Mami. Pipinya masih hangat, napas masih lancar, tidak ada batuk dan pilek seperti sebelum berangkat kesini.
Kami pun memutuskan untuk menuju lokasi berikutnya. Bukit Teletubbies adalah tujuan kami berikutnya. Alhamdulillah sudah sedikit terang tapi angin masih bertiup kencang. Gawat, Naeema kebelet pipis…..masa iya pipis di semak-semak, hahaha ternyata tidak. Alhamdulillah di bukit teletubbies sudah dibangun Toilet umum. Airnya dingiiiin banget, disini harus hemat air karena airnya diambil dari bawah gunung. Karena angin sangat kencang, Shanum kami tutup mukanya dengan syal, pokoknya hanya tinggal bagian matanya saja yang terlihat. Mau minum teh juga takut, takut tendanya kebawa angin hahahaha. Tapi lagi-lagi saya suka disini. Dingin….pemandangannya hijau, kabut seperti melayang-layang diatas kepala. Masyaallah….
Kami pun singgah di Savana, lokasi syuting film Pasir Berbisik. Alhamdulillah hujan membuat pasir lebih berat. Anginnya kuenceng banget, badan kami pun ikut terhempas oleh angin, Subhanallah. Ga kebayang ada sepasang calon pengantin yang sedang foto pre-wedding disana dengan baju-baju pengantin yang berbahan tipis itu, apa ga beku ya? Hehehe. Kami yang siap-siap foto saja hampir terhempas angin. Ngeri juga kamera jatuh karena hanya saya letakkan diatas tiang pembatas seadanya hehehe.
Tidak berlama-lama di savana, kami pun melaju ke Pura, lokasi ibadah suku Tengger yang mayoritas adalah Hindu. Pura ini dipakai ibadah massal hanya saat nyepi saja selebihnya tidak begitu ramai orang beribadah disana. Pura ini ada di lokasi yang sama jika kita ingin melihat kawah Gunung Bromo.
Dari parkiran mobil menuju ke pintu masuk untuk melihat kawah sekitar 2,5 km. Cukup jauh dan berat karena kita harus berjalan diatas pasir dibarengi dengan angin kencang. Anda memutuskan agar kami naik kuda saja. Harga sewa kuda sebesar 125 ribu untuk bolak-balik. Satu kuda hanya bisa dinaiki oleh 1 orang, Naeema seharusnya naik kuda sendiri, tapi karena takut jadi Naeema naik bersama Anda. Saya pun berkuda meski sambil menggendong Shanum. Heboh ga? Ya heboh laa….antara mengatasi ketakutan diri sendiri, disamping itu harus tetap waspada supaya posisi duduk saya benar. Kalau ga benar bisa-bisa Shanum yang saya gendong pun jadi ga nyaman bisa-bisa sepanjang jalan dia cranky.
Tantangan sebenarnya ternyata begitu kembali ke mobil. Angin kencang lebih mudah menghantam kami, pasir yang beterbangan pun jadi lebih banyak. Shanum semakin rewel karena sudah kepalang ngantuk. Alhamdulillah diantara angin kencang itu tiba-tiba dia tertidur….saya yang panik karena khawatir pasir mengenai wajah Shanum pun sampai mengganggu kuda yang saya naiki. Ya Allah…..ngeri banget. Syereemm….ga mau lagi hahaha. Ssstt tapi saya ga mau memperlihatkan ketakutan saya didepan Naeema….supaya dia tetap berani mencoba. Sungguh ini ujian jadi orangtua hehehe.
Waktu sudah menunjukkan jam 9 pagi, kami sudah tiba di pangkalan jeep. Setelah minum segelas teh manis hangat kami pun langsung kembali ke kota Malang. Perjalanan turun ternyata terasa lebih berkelok-kelok. Menyebabkan Shanum pun muntah di dalam mobil. Untungnya tidak sampai mengotori mobil sewaan kami, meskipun demikian kami tetap memberikan uang cuci mobil. Ternyata perjalanan ke Malang tidak selancar yang kami bayangkan, kami tiba di Malang jam 12 siang. Mampir makan siang dulu didekat rumah ade ipar, ambil barang-barang kami dan melanjutkan perjalanan ke Surabaya karena pesawat kami dari sana.
Kapok ga kalau diajak wisata ke Bromo lagi?
Tentu tidak dong, saya masih penasaran dengan sunrise itu. Masih pengen explorasi dengan banyak destinasi wisata di Indonesia, dan mau bawa anak-anak wisata ke Bromo lagi. Semoga Allah kasih rejeki yah.
Kalau kamu gimana? Suka pergi explorasi alam bersama keluarga kah?? Sudah pergi kemana aja? Share dong tujuan favorit kamu dimana ya….siapa tau saya bisa dapat inspirasi.
Saya masih pengen ke Bromo lagi. Pengalaman pertama, agak gagal karena Nai nangis melulu. Kayaknya dia kesel karena masih ngantuk udah harus bangun. Padahal bisa lanjut tidur di Jeep. Dia baru brenti nangis di tempat pasir itu. Kembali pecicilan 😀
Wuiih mantaap … si adik kecil udah ngerasain dinginnya udara Bromo
Si adik pasti hepi disana, ya
wah keren sekali ulasannya mbak
Salam
Ouuuh, kan jadi pengen jalan ke Bromo juga, jadi budgetnya segituan ya, oke noted deh, itu udah perjalanan pulang pergi kan ya ? 😀
Orang jatim tapi belum pernah ke Bromo itu adalah saya. Pengen banget wisata keluarga ke sana. Apalagi sekarang banyak travel murah meriah yg membantu memfasilitasi
Semoga aku suatu saat bisa ke Bromooooo 😀
Assalaamu’alaikum kak desy yusnita.
Alhamdulillaah.. postingan mbak desy sangat membantu bagi mereka yang selama ini khawatir liburan ke bromo dengan membawa anak-anak, lebih – lebih masih bayi.
Wajar sih,, jika mereka takut bawa anak2 ke bromo, karna udara bromo sangat dingin, bahkan ketika bulan juli – agustus, cuaca bromo terkadang extrem, yakni dingnnya kelewatan.
Terimakasih mbak dessy.
Wassaalaam.
Shanum hebat bisa beradaptasi dengan suasana. Mau nyoba buat Sagara ah nanti ke Bromo.
Ke malang pernah sekali waktu masih kerja, dan itu bikin ga pengen pulang hahha. Betah dan suka sama suasana nya. Hanya kalau bawa anak belum pernah mbak, dan pengen banget. Shanum kuat ya, disana kan lumayan dingin
Seru juga ya jalan-jalan ke Bromo dengan paket tour, kalau menginap di sekitar Bromo ada paketnya juga mba?
Seruu ya bacanya, pengen juga mlihat matahari terbit di Bromo
Wah itu dede kecilnya udah jauh ya mainnya. Saya aja yg udah tua belum pernah ke bromo.
Hi Mba Desy salam kenal, artikelnya mulai meyakinkan saya untuk bawa bayi ke bromo bulan Des nanti, boleh minta pic private tournya kah?siapa tahu bisa jadi referensi nanti. Trimakasih mba Des 😉
Wah agak deg degan sih bwa dede bayi ke bromo semoga dedek bayi nya anteng
Akhir bulan ini rencana mau ke bromo sambil bawa batita dan bayi 9 bulan.
Klo ndak kuat nanjak berarti bisa ngetem di warung ya?
Apa klo mau ke tempat sunrise,.dari parkiran bisa dg berkuda?
Mbak nanya dooong kemarin ganti pempers selama perjalanan di bromo gimana?
Hai Mba, untuk diapers aku ganti ketika sudah di lokasi jeep Mba. Karena anakku tidur, jadi sekitar jam 8:30 an aku baru bisa ganti di pool jeep itu, dibawah. Diatas toiletnya lumayan koq mba cuma dingin bangeeet.
wow fotonya keren, anaknya imut mbak, saya suka fotonya saat melompat,, bahagia sekali 🙂
bromo makin banyak dikenal skrg jadi bangga bgt sebagai warga jawa timur…
Waw.. Bisa y bawa bayi 9 bln ke bromo. Huft sy mw bawa bayi 1thn ke bromo tp agak dagdigdug. Tp stlh baca kisah shanum jd makin semangat #yes
bu,, boleh private tour ramah anak ke bromo pake apa dulu. pengen kesana bawa anak. maklum anak sy ABK.
Assalaamu’alaikum kak desy yusnita.
Alhamdulillaah.. postingan mbak desy sangat membantu bagi mereka yang selama ini khawatir liburan ke bromo dengan membawa anak-anak, lebih – lebih masih bayi.
Wajar sih,, jika mereka takut bawa anak2 ke bromo, karna udara bromo sangat dingin, bahkan ketika bulan juli – agustus, cuaca bromo terkadang extrem, yakni dingnnya kelewatan.
Terimakasih mbak dessy.
Wassaalaam.