
Bagaimana Peran orangtua di era digital seperti sekarang ini? Sekarang kan era digital ya, menjauhkan anak-anak dari gadget itu rasanya susah banget. Tapi kalau dibiarkan gitu aja takutnya malah kecanduan, trus harus gimana dong?
Jadi orangtua itu berjuta rasanya…hihi. Selain rasa bahagia, kesal, sedih, pokoknya seperti roller coaster lah. So far gimana menurut kamu rasanya jadi orang tua? Susah nggak? Sebenarnya semua orang itu terlahir memiliki insting sebagai orangtua, hanya saja terkadang kita terlalu cuek, kurang percaya diri dan kurang mengasah insting itu. Seandainya saja kita mau belajar dan percaya diri mungkin tidak perlu ada sekolah. Mungkin loh ya….hehehe. Ilmu menjadi orangtua itu bersifat dinamis dan customise, meskipun customise tetap ada dasar-dasar yang harus kita pegang teguh.
Peran Orangtua di Era Digital
31 Agustus 2018 yang lalu alhamdulillah saya dapat pencerahan lagi tentang dunia parenting nih. Kebetulan sekalian jadi pemandu acara di Blogger Gathering Singapore Intercultural School (SIS) di daerah Lebak Bulus. Bersama dengan 50 orang mom blogger mendapatkan pencerahan dari Mba Elizabeth T. Santosa, M.Psi atau yang akrab dipanggil Miss Lizzie. Bahasannya kali ini tentang bagaimana peran orangtua di era digital. Apakah kita perlu melarang anak bermain handphone atau dibiarkan saja?. Sebenarnya manfaat handphone itu ada ngga sih?

Saya dan Miss Lizzie
Sejujurnya tantangan terberat jadi orang tua jaman now ya gadget, mau itu handphone, komputer dan kemajuan teknologi yang lainnya. Kita sebagai orang tua dituntut untuk selalu update akan kemajuan teknologi, jangan lagi malas dan beranggapan “ah udah tua, nggak pantes mainan itu” justru karena kita punya anak yang melek akan teknologi, kita harus bisa lebih update supaya paham, mengerti dan tetap dekat dengan jamannya anak-anak kita.
Miss Lizzie mengungkapkan bukan solusi juga menjauhkan anak-anak dari gadget. Karena gadget itu juga punya nilai-nilai positifnya. Anak-anak bisa belajar berhitung, mengenal angka, mengenal warna dan banyak lagi materi atau aplikasi yang bisa kita manfaatkan untuk mengajarkan dan menstimulus si kecil dengan gadget. Yang perlu orang tua lakukan adalah membimbing dan mengawasi. Jangan biarkan anak-anak bermain gadget sendirian. Ingat ya….temani si kecil.
Lalu, bagaimana jika si kecil ternyata sudah kecanduan gadget. Tau kan kalau anak-anak punya masa-masanya tantrum? Kalau kita larang dan ambil barang atau mainan yang sedang dia sukai pasti akan menangis berlebihan. Di Momen seperti ini seringkali orangtua luluh dan akhirnya membiarkan si kecil main gadget sesuka hati. Dan kemudian ini yang jadi permasalahan yang tak kunjung usai. Ingin mendapat manfaat justru mendapat masalah lain yang bisa jadi menghambat tumbuh kembang si kecil.
Miss Lizzie juga mengingatkan kepada para mom blogger siang itu kalau menyayangi itu artinya memeluk, mengasihi tapi bukan memanjakan. Jadi ada waktunya kita dan pasangan harus kompak untuk bersikap tegas dan tega.
Miss Lizzie berbagi tips menggunakan internet atau sosial media, yaitu:
- Internet dan sosial media tidak diperuntukkan untuk anak usia 13 tahun.
- Dampingi si kecil saat menggunakan gadget, jika memang menggunakan internet untuk waktu tertentu.
- Gunakan gadget untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti: mengenal angka, mengenal huruf, melihat video tentang hewan, untuk mengerjakan tugas sekolah dan lain-lain.
- Beri batasan waktu kepada si kecil kapan saja bisa bermain gadget dan jangka waktunya.
- Tidak menggunakan laptop atau komputer di kamar untuk anak usia dibawah 14 tahun.
- Jika diperlukan install software berbayar yang bisa mematikan handphone otomatis disesuaikan dengan kesepakatan, jadi dikendalikan atau disetting jarak jauh.
- Jika sudah punya sosial media, sebaiknya disetting privasi.
Tapi saya juga sependapat dengan Miss Lizzie bahwa bahwa peran orangtua dalam hal ini adalah sebagai pengendali bukan dari anak. Jika kita larang atau kita batasi segala penolakan pasti akan muncul, tapi insyaallah itu ngga berlangsung lama. Akan ada proses adaptasi, ada usaha yang harus kita lakukan supaya si kecil bisa cepat melewati masa adaptasi itu. Misalnya kita sediakan kegiatan lain yang dikenal dengan 3B yaitu:
- Beri si kecil beragam aktifitas,
- Banyak bertemu orang, dan
- Berinteraksi dengan banyak orang.
Dengan 3B diatas bisa menstimulasi si kecil dalam mencari problem solving (pengelesaian masalah) yang dihadapinya sendiri. Dengan sendirinya akan mengasah kemampuan analisanya, dan kemampuan komunikasinya. Sehingga diharapkan semakin besar si kecil akan lebih tau bagaimana bersikap di lingkungan yang lebih besar daripada lingkungan keluarga.
Segala aturan terkadang sulit diikuti oleh si kecil karena bersifat perintah, sementara anak-anak jaman sekarang merasa lebih memahami maksud aturan itu kalau dia melihat contoh. Jadi kalau kita ingin si kecil tidak banyak bermain gadget sebaiknya kita juga melakukan hal yang sama, kalau pun terpaksa bisa dijelaskan kalau gadget yang dipegang orang tua adalah untuk bekerja.
Bagaimana jika anak sulit untuk diajak bekerja sama? Sulit untuk mentaati aturan yang sudah dibuat? Kita boleh menetapkan konsekuensi atas perbuatannya yang tidak tertib itu. Misalnya diminta untuk mencuci piring, menyiapkan piring di meja makan dan beberapa kegiatan lain yang sifatnya mengajak dia lebih terlibat di rumah.
Sukses atau tidaknya menerapkan suatu aturan pada anak itu tergantung dari seberapa besar kita bisa mengalahkan diri sendiri. Peran orangtua itu kadang simple ya, sejauh mana kita mau memberi contoh, tidak hanya sekedar mementingkan apa yang penting menurut kita tapi juga mengenal apa saja yang penting menurut dia. Peran orangtua jaman sekarang itu harus update juga akan kemajuan jaman. Supaya kita bisa paham apa saja yang sedang dia senangi.
Baca Juga: Saat Si Kecil Mulai Suka Social Media
Tentang SIS Bona Visata
Singapore Intercultural School (SIS) Bona Vista ini terletak di Jalan Bona Vista Raya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Visi dari sekolah ini adalah Inspiring Learners Toward Greater Heights.
Disekolah ini menerapkan beberapa kurikulum yaitu kurikulum singapura, cambridge dan IB Curriculum. Tapi meski demikian tetap ada pelajaran agama dan PKN sesuai arahan dari pemerintah.

Pic: Faradila Putri

Pic: Faradila Putri
Ini adalah sekolah multikultural yang terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:
- Preschool
- Primary school
- Secondary school, dan
- Junior College
Menurut informasi yang saya dengar dari Mba Monica, Marketing Manager SIS Bona Vista, ada diskon hingga 50% untuk orang Indonesia yang ingin menyekolahkan anak-anaknya di SIS Bona Vista, namun terbatas hanya untuk 20 orang di setiap angkatannya. Untuk mendaftar di sekolah ini, calon siswa akan di interview dulu, baru kemudian ditentukan lagi apakah perlu dilakukan tes tertulis atau tidak.

Pic: Faradila Putri

Library Singapore Intercultural School (SIS); Pic: Faradila Putri
Disekolah ini penentuan minat dan bakat anak dilakukan sejak kelas 1 (primary school). Tapi bukan tujuan (goals) jangka panjang melainkan tujuan jangka pendek saja. Bahasa pengantat yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Inggris dan Mandiri, meski demikian anak-anak diberikan keleluasaan untuk berbahasa Indonesia di luar jam pelajaran. Dan untuk pelajaran agama, anak-anak juga diperkenalkan dan bisa memilih 5 ajaran agama yang berlaku di Indonesia.
Kalau mau tau lebih detail lagi tentang SIS Bona Vista bisa mengunjungi websitenya ya. Biasanya ada jadwal untuk open house juga, siapa tau bisa mampir dan tanya langsung kesana.

Kantin Singapore Intercultural School (SIS); Pic: Faradila Putri
Jadi inti dari pertemuan semua mom blogger hari itu kami dikuatkan lagi bahwa sebagai seorang ibu kita harus BAPER alias Bawa Perubahan dalam mendidik anak-anak kita itulah peran orantua di era digital ini. Mengasihi itu tidak sama dengan memanjakan. Justru kita harus membekali si kecil untuk bisa bertahan di kerasnya dunia ini. Kalau bukan kita yang mengajari, lalu siapa lagi? Percayalah setiap orang tua sudah diberikan insting di dalam dirinya masing-masing. Kita harus lebih percaya diri lagi bahwa sebaik-baiknya pendidik adalah diri kita sendiri sebagai orang tua dari anak-anak kita.
So Parents…..Yes You Can !!
Aku tipe orgtua yang SAY YES gadget kepada anak. Krn hidup di zaman milenial gak mungkin antipati sama gadget. Narend masih main gadget tp aku batasi setiap harinya maks 1 jam melalui negoisasi. Itu juga kalo jumat – minggu aja. Kalo hr biasa gak boleh sama skali 🙂 alhamdulillah dia anak yg gak addict gadget. Patuh sama negoisasi kita.
Karena tau banget kalo negoisasinya dilanggar, ancaman maminya serem banget
Iya ya Ka, yang penting punya aturan aja yang jelas dengan si anak.
Yes tapi terbatas weekend. lebih baik nyariin anak2 kegiatan yang membuat anak lupa sama gadget.
Semangat mencari kegiatan ya buat anaknya. aktifitas yang banyak melibatkan fisik lebih baik.